Pendeteksian Bronchiolitis Pernapasan Kronis pada Populasi-Populasi yang Terpapar Oksidan: Analogi bagi Keterpaparan Asap Rokok

Penelitian-penelitian pada hewan dan penelitian-penelitian keterpaparan terkontrol pada manusia secara konsisten telah menunjukkan respon inflammatory saluran pernapasan atas dan bawah terhadap keterpaparan ozon. Penanda dari respon ini adalah leukosit polimorfonuklear, meski penanda-penanda lain juga dari respon perbaikan dan inflammatory teraktivasi telah diamati. Fenomena ini kemungkinan dicapai dengan premeabilitas paru-paru yang meningkat. Penelitan-penelitian pada hewan tentang efek keterpaparan ozon, termasuk pada primata non-manusia, menunjukkan bahwa salah satu dampak patofisiologis dari respon inflammatory terhadap keterpaparan ozon yang berkepanjangan atau berulang adalah bronchiolitis kronis pada bronkial terminal. Ini sejalan dengan perhitungan dosimetri yang mengindikasikan bahwa bagian tubuh ini akan menjadi lokasi deposisi maksimal dalam tubuh manusia. Database hewan telah menunjukkan bahwa primata lebih sensitif terhadap keterpaparan ozon dibanding hewan pengerat sehingga perubahan-perubahan morfologi yang diinduksi dengan keterpaparan berulang atau jangka panjang tidak dapat dipulihkan.


Sebuah laporan oleh Sherwin dan Richters tentang penelitian-penelitian terhadap autopsy paru-paru dari 107 anak muda antara 14 sampai 25 tahun yang meninggal karena penyakit non-pernapasan di Los Angeles menunjukkan bahwa bronchiolitis kronis parah terdapat pada daerah yang sama di paru-paru pada sepertiga kasus. Walaupun morfometri kuantitatif pada spesimen-spesimen dan data kontrol dari lainnya, kota-kota yang kurang berpolusi belum tersedia, pengamatan-pengamatan pendahuluan ini menjadi batu loncatan untuk pencarian hubungan antara bronchiolitis dan keterpaparan ozon.

Pengamatan-pengamatan di atas menunjukkan bahwa ada analogi penting terhadap bronchiolitis pernapasan yang terkait dengan asam rokok pada anak remaja dewasa. Penelitian-penelitian tentang bronchiolitis pernapasan yang terkait dengan asap rokok direview secara singkat untuk mengilustrasikan tipe-tipe dan kekurangan data yang akan diperlukan untuk menentukan hubungan yang mirip dalam kaitannya dengan keterpaparan ozon kronis.

Bronchiolitis pernapasan dengan berbagai bentuk keparahan pada perokok pertama kali ditemukan oleh Niewohner dan rekan-rekannya. Sebuah perbandingan terbaru antara inflamasi saluran udaera kecil pada 42 perokok dan 13 non perokok di Vermont, dimana perubahan-perubahan bronchiolar dievaluasi dengan morfometri kuantitatif, mengindikasikan bahwa pada subjek yang berusia 20 sampai 30 tahun, skor rata-rata untuk inflamasi dinding bronchiolar adalah sekitar tiga kali lebih besar pada perokok dibanding non-perokok. Ini menguatkan penelitian terdahulu yang menunjukkan fenomena yang sama.

Korelasi fisiologis dari perubahan-perubahan ini telah ditemukan pada banyak survei (lebih dari 70 pada tahun 1989) terhadap perokok dan non perokok, temuan-temuan ini bisa dirangkum sebagai uji fungsi saluran udara kecil yang menunjukkan perbedaan antara perokok dan non-perokok  dalam parameter berikut: (1): a) jumlah nitrogen pada satu nafas, b) volume penutupan, c) laju aliran midexpiratory, d) perubahan pemenuhan dinamik dengan frekuensi pernapasan, e) perbedaan tensi dengan postur. Yang paling penting adalah fakta bahwa semua dari perbedaan ini ditemukan terjadi ketika FEV1 masih normal atau mendekati normal (sekitar 95%).

Karena belum jelas apakah merokok menyebabkan kehilangan recoil paru-paru secara dini, maka peningkatan volume residual (yang bisa menghasilkan perubahan-perubahan patofisiologis dia tas) yang ditemukan pada perokok usia 30 tahun sebelum FEV1 berkurang bisa disebabkan oleh kehilangan recoil dan/atau lesi saluran udara kecil yang disebutkan di atas. Telah dilaporkan bahwa pada perokok uji saluran udara kecil tidak memberikan nilai prediksi untuk penurunan FEV1 selanjutnya. Akan tetapi, pengamatan bahwa penghentian merokok diikuti dengan perbaikan fungsional yang kecil tapi signifikan mendukung pendapat bahwa brinchiolitis pernapasan yang reversibel bisa terjadi. Dengan respon inflammatory akut yang telah diamati dengan keterpaparan ozon, penelitian terbaru oleh Richards dkk memberikan petunjuk penting antara data merokok dan efek yang mungkin dari keterpaparan ozon. Peneliti-peneliti ini mengamati bahwa berkurangnya laju aliran midexpiratory pada perokok yang berusia di bawah 30 tahun dicapai dengan meningkatkan tingkat aktivasi neutrofil (diukur dengan chemiluminesensi). Pada 60 perokok muda yang sehat (usia rata-rata 28 tahun), uji laju aliran fungsi saluran udara kecil dilakukan dalam setting laboratorium. Standard error dari nilai mean uji ini bervariasi antara 1,1 sampai 4,9. Nilai mean FEF25-27, sebagai persen yang diprediksikan, adalah 121,9% pada kelompok yang memiliki fungsi yang paling sedikit terkena dan 71,3% pada kelompok yang paling buruk terkena. FEV1 rata-rata adalah 105,5% dari yang diprediksikan pada kelompok pertama dan 94,9% dari nilai yang diprediksikan pada kelompok selanjutnya. Walaupun ukuran laju aliran midexpiratory memiliki koefisien variasi yang tinggi dibanding FEV1, jelasi dari penelitian ini bahwa mereka tidak hanya memiliki jauh lebih banyak perbedaan dibanding FEV1 dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan awal pada perokok tetapi juga memiliki koefisien variasi cukup rendah yang digunakan untuk tujuan ini, sekurang-kurangnya dalam setting laboratorium.

Tidak ada bukti bahwa kenampakan awal bronchiolitis pernapasan pada perokok terkait dengan perkembangan akhir dari emphysema. Mungkin ini tidak mengherankan karena kompleksnya tahapan-tahapan yang mengarah pada kerusakan paru-paru. Untuk alasan ini, beberapa dokter telah mengabaikan banyak bukti yang menunjukkan bawa merokok menimbulkan bronchiolitis pernapasan. Ada bukti selanjutnya dari penelitian-penelitian terhadap kohort yang terkena di tempat kerja dan kasus individual bahwa laju aliran-tengah utamanya mencerminkan perubahan saluran udara kecil; ini benar pada alveolitis alergik, keterpaparan terhadap gas-gas pengiritasi, dan keterpaparan debu, termasuk asbestos. Sarcoidosis dan bronchiolitis pasca-virus menjadi contoh yang paling baik dari keterlibatan saluran udara kecil non-kerja.

Dua pendekatan mengatasi pertanyaan apakah keterpaparan oksidan terkait dengan bronchiolitis pernapasan. Penelitian Sherwin dan Richters menunjukkan bahwa penggunaan paru-paru yang diotopsi akan bermanfaat, dan pendekatan dikembangkan lebih rinci oleh Lippmann.

Penelitian Richards dkk. menunjukkan bahwa penanda biologis dari inflamasi, dalam kaitannya dengan tolak ukur fungsi saluran udara kecil, akan menawarkan pendekatan lain terhadap masalah ini. Paper Devlin memberikan rincian tentang penanda keterpaparan ozon, dan paper Hatch dan Thomas memberikan panduan umum untuk pemanfaatan dan pengaplikasian penanda-penanda biologis dalam penelitian-penelitian epidemiologi. Disamping itu, isu-isu pemilihan tempat untuk penelitian; persyaratan penilaian keterpaparan retrospektif yang absah; dan pemilihan satuan ukur keterpaparan ozon dirinci oleh Lippmann. Penelitian-penelitian yang menggunakan penanda biologis dari respon terhadap ozon dalam kaitannya dengan tolak-ukur yang tepat dari fungsi paru-paru akan menjadi pembantu yang penting bagi data yang didapatkan dari penelitian-penelitian otopsi dan penelitian-penelitian yang diperoleh dari keterpaparan terkontrol terhadap ozon yang bertujuan untuk mendefinisikan secara lebih jelas respon biokimia dan respon seluler dari paru-paru terhadap keterpaparan ozon.

Comments

Popular posts from this blog

Kemajuan-kemajuan terbaru dalam memahami patogenesis pemfigus vulgaris

Sintesis Kolagen

Herpes Genital