Posts

Showing posts from October, 2009

Penilaian ketepatan interpretasi pada pasien schizophrenia

Pendahuluan Delusi atau khayalan termasuk salah satu sifat yang paling menonjol dari schizophrenia meskipun tidak terbatas pada penyakit ini. Selama dua dekade terakhir, ada tiga kelainan fungsional yang telah mendominasi penelitian kognitif tentang delusi, yaitu: bias atribusi oleh Bentall dan Kindermann, kelainan perseptual oleh Maher, dan JTC (cepat mengambil kesimpulan) oleh Garety dan rekan-rekannya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membahas isu-isu yang terkait dengan JTC (cepat mengambil kesimpulan). Garety dkk (1991) mencetuskan teori bahwa pasien yang mengkhayal merasa seolah-olah melakukan keputusan terburu-buru; mereka cenderung menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang sedikit, sedangkan partisipan dan kontrol yang sehat lebih berhati-hati dalam membuat keputusan.

Pendeteksian Bronchiolitis Pernapasan Kronis pada Populasi-Populasi yang Terpapar Oksidan: Analogi bagi Keterpaparan Asap Rokok

Penelitian-penelitian pada hewan dan penelitian-penelitian keterpaparan terkontrol pada manusia secara konsisten telah menunjukkan respon inflammatory saluran pernapasan atas dan bawah terhadap keterpaparan ozon. Penanda dari respon ini adalah leukosit polimorfonuklear, meski penanda-penanda lain juga dari respon perbaikan dan inflammatory teraktivasi telah diamati. Fenomena ini kemungkinan dicapai dengan premeabilitas paru-paru yang meningkat. Penelitan-penelitian pada hewan tentang efek keterpaparan ozon, termasuk pada primata non-manusia, menunjukkan bahwa salah satu dampak patofisiologis dari respon inflammatory terhadap keterpaparan ozon yang berkepanjangan atau berulang adalah bronchiolitis kronis pada bronkial terminal. Ini sejalan dengan perhitungan dosimetri yang mengindikasikan bahwa bagian tubuh ini akan menjadi lokasi deposisi maksimal dalam tubuh manusia. Database hewan telah menunjukkan bahwa primata lebih sensitif terhadap keterpaparan ozon dibanding hewan pengerat sehin

Aspek epidemiologi dan mikrobiologi diare bakteri akut pada anak-anak dari Salvador, Bahia, Brazil

Pendahuluan Presentasi yang parah dari diare akut merupakan salah satu tantangan paling umum yang dihadapi oleh tim medis di UGD anak di negara-negara berkembang. Pengobatan anti-dehidrasi merupakan batu loncatan terapi dan harus segera dilakukan tetapi pengobatan antimikroba spesifik mungkin diperlukan, tergantung pada keparahan penyakit dan pada risiko komplikasi. Karena kultur stool memerlukan berbapa hari untuk memberikan informasi yang memadai tentang patogen-patogen dan pola-pola kerentanannya, maka perawatan empiris harus segera dilakukan pada kasus-kasus seperti ini. Untuk memandu pilihan antibiotik empiris, penting untuk mengetahui patogen mana yang paling mungkin menginfeksi pasien di daerah geografis tertentu dan antibiotik apa yang paling efektif untuk mengobatinya.

Hubungan antara asupan sodium dan kalium dengan tekanan darah

Hubungan garam dengan hypertensi masih belum jelas. Penelitian menunjukkan bahwa asupan sodium yang lebih tinggi terkait dengan kejadian hypertensi yang lebih besar yang tidak disertai dengan akumulasi sodium dalam jaringan. Efek hypertensinogenik akut dari sodium klorida pada ayam, kelinci, dan pengerat telah diketahui. Pada manusia, penelitian-penelitian serupa masih sedikit dan berhubungan dengan efek dari sodium klorida dalam jumlah banyak yang menghasilkan pertambahan berat badan, edema, dan peningkatan tekanan darah.

Faktor-faktor yang terkait dengan candidiasis mulut pada bayi-bayi baru lahir di unit perawatan intensif

Pendahuluan Penyakit candidiasis mulut merupakan infeksi oportunis yang umum pada rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan Candida albicans secara berlebihan. Faktor-faktor risiko mencakup keprematuran, penggunaan antibiotik sistemik yang lama, kortikosteroid, atau pengobatan aminophyllin, dan susu formula. Seorang bayi yang baru lahir (neonatus) khususnya yang lahir prematur, memiliki respon imun yang tidak maksimal yang dapat menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi Candida. Neutrofil, makrofage, dan limfosit memiliki peranan utama dalam melindungi host terhadap infeksi Candida. Pseudomembran akut merupakan tanda paling umum dari candidiasis mulut. Candidiasis pseudomembran ditandai dengan pseudomembran yang berwarna putih terdiri dari sel-sel epithelial, fibrin, dan hifa jamur. Bintik-bintik putih ini terdapat pada permukaan membran mukus labial dan bukal, lidah, dan orofaring. Bintik-bintik ini biasanya bisa dihilangkan dengan gulungan kain kapas.

Kesensitifan dan kespesifikan sistem surveilans sindromik untuk influenza berdasarkan jaringan dokter umum di Gironde, Perancis

Abstrak Tujuan Untuk menentukan kesensitifan dan kespesifikan surveilans sindromik terhadap influenza berdasarkan data dari SOS Medecins, sebuah jaringan perawatan kesehatan yang terdiri dari para dokter umum rawat darurat di Bordeaux, Perancis.

KEJADIAN DEMAM CHIKUNGUNYA YANG TERKAIT KEKERINGAN DI SEPANJANG TIMUR LAUT AFRIKA

ABSTRAK Epidemik chikungunya, sebuah penyakit yang ditimbulkan spesies Aedes spp., mengenai ratusan ribu orang di pulau-pulau Samudera Hindia bagian barat dan di India selama tahun 2005-2006. Perjangkitan awal terjadi di Kenya bagian pantai (Lamu, kemudian Mombasa) di tahun 2004. Kami meneliti kondisi-kondisi eko-klimatik yang terkait dengan munculnya demam chikungunya di sepanjang Kenya pantai dengan menggunakan pengamatan-pengamatan epidemiologi dan data satelit. Kondisi kekeringan dan panas yang tidak lazim mendahului perjangkitan penyakit, termasuk masa paling kering sejak 1998 untuk beberapa daerah pantai. Pengisian ulang simpanan air domestik yang tidak sering dan suhu yang meningkat mungkin telah mempermudah penyebaran virus demam chikungunya. Hasil ini menunjukkan bahwa populasi yang tertimpa kekeringan bisa memiliki risiko yang meningkat untuk demam chikungunya, dan menunjukkan pentingnya simpanan air yang aman selama operasi pertolongan kekeringan.

Faktor-Faktor yang Terkait dengan Kematian Akibat Gempa dalam Bencana Gempa Bumi Hanshin-Awaji, 1995

Abstrak Dalam penelitian ini dilakukan studi kasus-kontrol deskriptif untuk mencari faktor-faktor yang terkait dengan kematian gempa akibat gempa bumi Hansin-Awaji pada tanggal 17 Januari 1995 di Nishinomiya, Jepang. Dalam studi kasus-kontrol ini, kasus mencakup 1.104 kematian. Kontrol dipilih secara acak dari mereka yang selamat. Angka kematian akibat gempa meningkat untuk orang yang berusia di atas 50 tahun. Angka kematian untuk orang yang tinggal dalam bangunan yang roboh jauh lebih tinggi. Salah satu faktor risiko adalah kecacatan fisik (rasio ganjil = 1,9, 95% interval kepercayaan (CI): 1,0, 3,4). Ketika analisis dibatasi pada orang-orang yang tinggal dalam bangunan yang masih utuh atau rusak sebagian, rasio ganjil meningkat menjadi 5,6 (95% CI: 1,6, 19,8). Pada tanggal 17 Januari 1995, gempa bumi Hanshin-Awaji dengan kekuatan 7,2 skala Ritcher, menghantam bagian selatan Kawasan Hyogo, Jepang. Korban seketika mencakup 5.502 kematian dan 41.527 luka-luka. Pada bulan Desember 19

Perawatan Untuk Pasien Gigitiruan Lengkap Yang Memiliki Permintaan Estetik Tinggi: Sebuah Laporan Kasus

Abstrak Tujuan: Tujuan dari laporan kali ini adalah menunjukkan sebuah strategi untuk penegakan diagnosis dan pemberian perawatan yang sesuai untuk pasien gigitiruan yang memiliki permintaan estetik tinggi. Latar belakang: Beberapa pasien edentulous memiliki kebutuhan yang sangat penting akan aspek estetik dari gigitiruan yang mereka pakai. Laporan: Seorang wanita edentulous berusia 55 tahun memiliki keluhan ketidakpuasan terhadap penampilan dua set gigitiruan lama yang dia pakai. Sebuah metode kompleks digunakan selama pembuatan set gigitiruan baru untuk memenuhi permintaan estetik pasien ini. Ringkasan: Metode ini secara esensial memperbaiki saling komunikasi dan kerjasama antara dokter gigi dan pasien; sehingga juga meningkatkan kepuasan pasien. Kata kunci: gigitiruan lengkap, estetik, psikologi, kepuasan pasien.

Peranan ekspresi antibodi FHIT, CTNNB1, dan MUC1 dalam prognosis kanker paru-paru sel non-small

Ringkasan Analisis ekspresi secara komprehensif dengan menggunakan microarray telah mengidentifikasi beberapa gen yang diekspresikan secara berbeda pada kanker paru-paru sel non-small (NSCLC) dan epithelium bronkial yang terpapar-asap. Untuk meneliti hubungan prognostik antara protein-protein ini pada NSCLC, kami menggunakan metode immunohistokimia untuk meneliti ekspresi β-katenin (CTNNB1), dickkopf, Xenopus, homolog 3 (gen DKK2), reseptor faktor pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR3), tiga-serangkai histidin fragil (GHIT), protein p53 tumor (TP53), mucin1 (MUC1), topoisomerase II α (TOP2A), dan glutathion S-transferase-Pi (GST) dalam sebuah kohort pasien (n=125). Kami mengkorelasikan data ekspresi ini dengan gambaran klinikopatologik dan manifestasi klinis. Disamping itu, uji berganda SNaPshot dan analisis polimorfisme panjang fragmen restriksi digunakan untuk menscreening mutasi-mutasi titik pengaktivasi pada titik-titik utama FGFR3 dalam sebuah kohort yang terdiri dari 30 sampel NSCLC.

Scan genome-wide untuk hypertensi dini mendukung hubungan dengan kromosom 2 pada sebuah keluarga besar di Kyrgystan

Abstrak Kami melaporkan sebuah scan genom-wide untuk loci kerentanan terhadap hypertensi pada sebuah keluarga Kyrgyztan dimana 10 kerabat yang terkena mengalami hypertensi sebelum usia 35 tahun, dan beberapa anggota keluarganya mengalami stroke. Onset dini penyakit dan keterpencilan geografis populasi Kyrgyztan diduga berkontribusi bagi meningkatnya pengaruh faktor genetik dalam hypertensi. Kami menentukan genotip 44 individu dari keluarga Krygyztan dengan 374 penanda mikrosatelit, yang mencakup sebuah peta 10-sentimorgan. Analisis nonparametrik menunjukkan bahwa status yang terkena terkait dengan loci dalam interval genomik kromosom 2q22 sampai q73, sedangkan analisis parametrik 2-poin menghasilkan logaritma skor ganjil sebesar 2,67 untuk penanda D2S2330 (2q24,3). Analisis hubungan multipoin mendukung bukti untuk alel kerentanan hypertensi pada daerah kromosom 2q23 sampai q36. Pemetaan yang baik dan analisis haplotipe menunjukkan bahwa lesi-lesi genetik terletak diantara penanda D2S

Hematoma facial raksasa pada neurofibromatosis tipe 1

Abstrak Neurofibromatosis tipe 1 (NF1) merupakan sebuah penyakit dominan autosomal bawaan. Hematoma merupakan komplikasi tidak lazim dari neurofibromatosis dan sangat jarang terjadi pada daerah maksillofacial. Disini disajikan sebuah kasus hematoma pada NF1 di wajah sebelah kiri. Gambaran MR hematoma akut pada NF1 dan gambaran radiografis rahang disajikan. Stenosis vena jugular ditemukan pada angiografi MR (MRA). Reseksi tumor secara bedah dan evakuasi bekuan darah dilakukan. Pemeriksaan histologi dan immunohistokimia menunjukkan bahwa sel-sel tumor neurofibroma menembus lapisan dinding dari pembuluh tanpa translasi menjadi ganas. MRI merupakan metode yang dipilih untuk menggambarkan hematoma pada neurofibromatosis. Perdarahan intratumor bisa terjadi karena infiltrasi pembuluh ke dalam lesi dan trauma kecil pada daerah yang terkena. Kata kunci: neurofibromatosis tipe 1; hematoma; MRI; CT scan; radiografi panoramik.

Penjelasan terbaru untuk acantholysis pada pemfigus vulgaris: Hipotesis penyusutan sel basal

Penjelasan terbaru untuk acantholysis suprabasal pada pemfigus vulgaris (PV) adalah bahwa antibodi-antibodi untuk desmoglein (Dsg) 3 dan Dsg 1 memblokir fungsi dari dua molekul adhesi ini melalui perintangan sterik atau dengan mengubah struktur, sehingga menyebabkan keratinosit saling berpisah satu sama lain. Pembatasan acantholysis pada lapisan-lapisan basal dijelaskan dengan Dsg3 yang diekspresikan secara dominan dalam lapisan epidermal yang lebih dalam dan Dsg 1 pada lapisan yang lebih dangkal dengan adanya salah satu Dsg yang mampu mengimbangi kurangnya fungsi Dsg lainnya. Demikian juga, pelepuhan hanya terjadi pada lapisan epidermal pada PV dan hanya pada lapisan permukaan pada PF karena adanya molekul adhesi/perlekatan dalam lapisan yang mengimbangi kehilangan fungsi dari salah satu Dsg yang diperantarai antibodi. Penjelasan ini tidak sepenuhnya memuaskan, sebagaimana acantholysis tidak dipicu oleh kehilangan perlekatan antara desmosom dan pembatasannya pada lapisan basal dalam P

Kemajuan-kemajuan terbaru dalam memahami patogenesis pemfigus vulgaris

Abstrak Pemfigus, sebuah kelompok penyakit melepuh yang mengenai mukosa mulut dan kulit, disebabkan oleh reaksi autoimun yang diperantarai oleh antibodi terhadap desmoglein (Dsg), glikoprotein transmembran desmosomal, menghasilkan acantholysis. Pemfigus dikelompokkan menjadi dua, yaitu pemfigus vulgaris (PV), denga acantholysis suprabasal, dan pemfigus foliaceus (PF), dengan acantholysis pada epidermis yang lebih dangkal. Pemfigus vulgaris ditandai dengan autoantibodi IgG terhadap desmoglein 3 (Dsg 3), sedangkan target PF adalah Dsg1, walaupun sekitar 50% dari pasien PV juga memiliki autoantibodi Dsg1. Fenotip klinis tampaknya ditentukan oleh distribusi Dsg1 dan Dsg3. Pasien PV dengan lesi mukosa oral memiliki autoantibodi Dsg3 yang dominan. Distribusi lesi terkait dengan lokasi antigen (Dsg3 dan/atau Dsg1) dalam epitelium dan produksi autoantibodi spesifik. Ekspresi Dsg1 dan Dsg3 secara bersamaan dalam keratinosit melindungi dari pembentukan pelepuhan karena autoantibodi yang ada ha

Pemfigus Vulgaris

PATOGENESIS Autoantibodi Patogenik pada Pemfigus Tanda pemfigus adalah ditemukannya autoantibodi IgG terhadap permukaan sel dari keratinosit (Gbr. 31.1). Autoantibodi pemfigus yang ditemukan dalam sera pasien memegang peranan patogenik utama dalam menyebabkan hilangnya perlekatan sel diantara keratinosit-keratinosit, yang selanjutnya menjadi pembentukan pelepuhan. Neonatus dari ibu penderita pemfigus vulgaris bisa memiliki penyakit sementara yang disebabkan oleh IgG maternal yang melintasi plasenta. Pada saat antibodi maternal dikatabolisme, penyakit ini mereda. Fraksi-fraksi IgG dari pasien bisa menginduksi pembentukan pelepuhan tanpa adanya sel pelengkap atau sel inflamatory pada sebuah sistem kultur organ kulit. Lebih lanjut, transfer IgG pasien secara pasif ke mencit neonatal menghasilkan pelepuhan pada mencit dengan temuan histologis yang tipikal.

Definisi dan Diagnosis Dermatitis Atopik Intrinsik dan Ekstrinsik

I. Aspek Historis – Konsep Atopi dan Penemuan IgE Pada tahun 1923 Coca dan Cooke memperkenalkan istilah “atopy” yang menunjuk pada fenomena hypersensitifitas pada manusia. Atopy diambil dari bahasa Yunani yang berarti “tidak pada tempatnya” atau “penyakit aneh”. Atopi dalam konsep Coca dan Cooke adalah penyakit yang diwariskan, terbatas pada sekelompok kecil manusia, berbeda dengan anafilaksis, yang menunjuk pada kekurangan proteksi, alergi, reaktifitas normal dan terganggu, keduanya bisa juga ditimbulkan secara eksperimental pada manusia dan pada hewan, yang secara kualitatif merupakan respon abnormal yang terjadi hanya pada individu tertentu (atopi), secara klinis ditandai dengan hay fever dan asma bronkial, dan terkait dengan reaksi-reaksi kulit tipe-sedang.