Posts

TUMOR PLEXUS CHOROID

Epidemiologi Tumor plexus choroid (CPT) adalah tumor otak primer yang cukup langka. Tumor ini muncul dari neuroepithelium plexus choroid. Walaupun tumor ini bisa ditemukan pada pasien semua umur, namun kebanyakan terjadi pada populasi anak-anak. Terdapat hingga 70% dari neoplasma ini yang terjadi pada anak-anak, dengan lebih setengahnya yang muncul pada anak-anak di bawah 2 tahun. Kejadian tahunan untuk CPT cukup rendah, dengan 0,3 kasus/juta yang telah dilaporkan. Meskipun dengan kejadian rendah ini, kejadian tahunan pada anak-anak dapat mencapai 3% - 5%, dan hingga 12% pada anak-anak di bawah 2 tahun. CPT mewakili 0,4% - 0,8% dari semua tumor otak, antara 0,9% - 3% dari semua tumor otak anak primer, dan hingga 10% - 20% dari tumor otak anak selama tahun pertama masa hidup. Laporan-laporan kasus yang mengungkapkan temuan CPT in utero dengan ultrasound, atau temuan diagnosis CPT pada neonatus, menunjukkan bahwa beberapa dari lesi ini bisa terjadi secara bawaan.

Vaskulitis Nekrosis Sistemik

EPIDEMIOLOGI     Sindrom vaskulitis termasuk tidak umum. Kejadian tahunan secara keseluruhan diperkirakan antara 10 sampai 42 kasus per 1 juta orang per tahun. Arteritis Takayasu (TA) lebih cenderung terjadi pada wanita muda. Penyakit Kawasaki dan purpura Henoch-Schonlein merupakan tipe vaskulitis anak yang paling umum, dan arteritis temporal (arteritis sel raksasa (GCA) terjadi pada pasien-pasien yang umumnya berusia di atas 55 tahun. Vaskulitis pembuluh darah kecil, utamanya pada kutaneous, terjadi pada usia berapapun; tetapi etiologi yang mendasari berbeda antara anak-anak dan orang dewasa. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS     Pembuluh-pembuluh darah bisa dipengaruhi oleh beberapa proses, termasuk sindrom hiperkoagulabilitas, vasospasme Raynaud, proliferasi myointimal dengan oklusi (misal: skleroderma), oklusi embolik, displasia kongenital atau yang didapat (acquired) (misal: sindrom Marfan, displasia fibromuskular), aterosklerosis, dan inflamasi. Kerusakan vaskular dan penataan ulang

Saline hipertonik untuk edema serebri dan peninggian tekanann intrakranial

Edema serebri dan peninggian tekanan intrakranial (ICP) merupakan masalah penting dan sering terjadi pada pasien yang sakit saraf kritis. Kedua masalah ini bisa disebabkan oleh berbagai gangguan pada otak. Edema serebri yang meningkat dan ICP yang berkurang terkait dengan hasil akhir yang membaik. Akan tetapi, semua modalitas perawatan sekarang ini masih jauh dari sempurna dan terkait dengan efek-efek samping berbahaya seperti: hiperventilasi indiskriminat bisa mengarah pada ischemia otak; mannitol bisa menyebabkan penurunan volume intravaskular, ketidakcukupan ginjal, dan peningkatan ICP rebound; barbiturat terkait dengan depresi kardiovaskular dan respirasi dan koma berkepanjangan; dan drainase cairan serebrospinal (CSF) melalui penyisipan kateter intraventrikular bisa menghasilkan perdarahan intrakranial dan infeksi.

Pengaruh Larutan Garam Hipertonik (10%) pada Pasien-Pasien Dengan Tekanan Intrakranial yang Meningkat Setelah Stroke

Abstrak Latar belakang dan tujuan – Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek larutan garam hipertonik pada pasien-pasien stroke yang mengalami peningkatan tekanan intrakranial (CIP) setelah terapi konvesional dengan mannitol tidak berhasil. Metode – Sebanyak 22 episode krisis ICP terjadi pada 8 pasien dimana pengobatan standar 200 mL mannitol 20% tidak efektif. Krisis ICP didefinisikan sebagai peningkatan ICP 20 mm Hg (n=18), abnormalitas pupillary (n = 3), atau kombinasi keduanya (n = 1). Pasien-pasien diobati dengan 75 mL larutan-garam 10% selama 15 menit. ICP, tekanan darah arterial rata-rata, dan tekanan perfusi serebral dipantau selama 4 jam. Gas darah, hematokrit, hemoglobin, pH, osmolaritas, dan kadar elektrolit diukur sebelum dan 15 dan 60 menit setelah dimulainya infusi. Pengobatan dianggap efektif jika ICP berkurang > 100% atau reaksi pupillary telah menjadi normal. Hasil – Pengobatan efektif pada ke 22 episode. Penurunan ICP maksimum adalah 9,9 mm Hg 35

Hubungan antara Penggunaan DMPA (Depot Medroksiprogesteron) dengan Perdarahan Uterin yang Meningkat pada Wanita yang Memiliki Berat-badan-berlebih dan Gemuk

Abstrak Latar belakang: Jutaan wanita di dunia menggunakan DMPA (depot medroksiprogesteron) untuk kontrasepsi. Efek samping yang umum mencakup ketidakteraturan perdarahan dan penambahan berat badan. Penelitian ini menguji apakah ada hubungan antara penggunaan DMPA pada wanita yang memiliki berat badan berlebih dan gemuk dengan perdarahan intrauterin yang meningkat. Metode: Data rekam medik didapatkan secara retrospektif dari tiga klinik kedokteran keluarga, yang memuat berat dan tinggi badan, terapi DMPA, dan  perdarahan yang meningkat atau berlebih. Indeks massa tubuh dihitung untuk masing-masing individu dan digunakan sebagai pengidentifikasi untuk penentuan kelompok. Kondisi-kondisi komorbid, seperti penggunaan obat yang bersamaan, riwayat kehamilan saat sedang menjalani terapi DMPA, usia, status sosial ekonomi (ditentukan menurut sumber asuransi), status pernikahan, dan jumlah anak (hanya mencakup kelahiran hidup), juga dicatat. Hasil: Hubungan terbalik ditemukan, sehingga me

Sintesis Kolagen

Keberadaan dan tidak adanya oksigen telah ditemukan mempengaruhi sintesis kolagen. TGF-β1 merupakan sebuah faktor pertumbuhan yang bertanggung jawab untuk transkripsi gen prokolagen. Aktivitas TGF-β1 juga telah diketahui meningkatkan migrasi fibroblast manusia yang dikulturkan muda. Falanga dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa hipoksia meningkatkan sintesis TGF-1β dan sekresi oleh fibroblast secara in vitro dan pengurangan ekspresi pro-kolagen 1 gen COLA1. Siddiqui dan rekan-rekannya juga menunjukkan bahwa hipoksia akut meningkatkan proliferasi fibroblast, sintesis kolagen, dan ekspresi mRNA TGF-β1. Kondisi-kondisi hipoksik kronis mengurangi aktivitas ini; akan tetapi, pengurangan ini bersifat reversibel ketika sel kembali ke lingkungan yang memiliki kadar oksigen lebih tinggi. Disamping itu, ROS (spesies oksigen radikal) yang dihasilkan dari tekanan oksidatif juga menimbulkan faktor pertumbuhan fibroblast.    

METODE-METODE LABORATORIUM UNTUK MEMERIKSA HEMOSTASIS DAN KOAGULASI DARAH

Tidak ada satu tes tunggal yang cocok untuk pemeriksaan keseluruhan proses hemostasis dan koagulasi darah dalam laboratorium, tetapi beberapa metode dengan tingkat kesulitan dan kegunaan berbeda tersedia untuk menilai berbagai komponen dan fungsi secara individual. Penekanan dari pembahasan berikut adalah pada metode-metode yang sederhana dan banyak tersedia di kebanyakan laboratorium. Interpretasi uji-uji yang paling umum digunakan dan kisaran nilai-nilai yang didapatkan pada subjek normal dengan teknik-teknik representatif dirangkum pada Tabel 51.2. Metode-metode definitif biasanya memerlukan personil laboratorium dan personil terlatih yang memiliki peralatan lengkap, dan dibahas disini hanya dari sudut pandang yang umum. Komentar-komentar tambahan tentang kegunaan dan kekurangan berbagai metode dimasukkan dalam bab-bab yang berkaitan dengan gangguan-gangguan individual. Untuk rincian yang berkenaan dengan metode-metode definitif seperti ini, pembaca dirujuk ke penelitian-penelitian