Prevalensi lesi mukosa mulut diantara pasien-pasien yang mengunjungi sebuah departemen OM dan radiologi di India Selatan

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi prevalensi lesi mukosa mulut di Manipal, Propinsi Karnataka, India. Sebanyak 1190 pasien yang mengunjungi departemen OM dan radiologi untuk diagnosis berbagai keluhan mulut selama periode 3 bulan diwawancarai dan diperiksa secara klinis untuk lesi-lesi mukosa mulut. Hasil menunjukkan adanya satu atau lebih lesi mukosa pada 41,2% populasi. Kondisi Fordyce ditemukan paling sering (6,55%) diikuti keratosis gesekan (5,79%), lidah berfisur (5,71%), leukoedema (3,78%), pakatal perokok (2,77%), aphthae rekuren, fibrosis submukosa mulut (2,01%), malignansi oral (1,76%), leukoplakia (1,59%), median rhomboid glossitis (1,50%), candidiasis (1,3%), lichen planus (1,20%), varises (1,17%), ulser traumatik dan leukoplakia berambut (1,008%), stomatitis gigitiruan, lidah geografik, mukosa pengunyah pinang dan fibroma iritasi (0,84%), herpes labialis, angular cheilitis (0,58%), dan mukosel (0,16%). Lesi-lesi mukosa seperti lesi-lesi yang terkait tembakau/rokok (leukoplakia, palatal perokok, fibrosis submukosa mulut, dan malignansi oral) lebih prevalen diantara pria dibanding wanita. Stomatitis gigitiruan, herpes labialis, dan cheilitis angular terjadi lebih sering pada populasi wanita.

Kata kunci: abnormalitas, lesi mukosa, prevalensi

Walaupun penggunaan istilah kesehatan gigi dan kesehatan mulut sering digunakan secara bergantian dalam menyatakan tujuan-tujuan kesehatan mulut, namun pernyataan-pernyataan seperti ini biasanya hanya valid untuk kesehatan gigi. Ini bisa menyebabkan sikap yang memandang remeh kebutuhan akan perawatan kesehatan mulut secara total. Ketika merencanakan tindakan-tindakan untuk meningkatkan kesehatan mulut, kurangnya data bisa mengarah pada sebuah risiko yang memandang remeh penyakit jaringan halus pada dan di sekitar kavitas mulut. Data prevalensi lesi mukosa mulut sudah tersedia dari berbagai negara, tetapi informasi biasanya terbatas pada sangat sedikit lesi dalam masing-masing survei. Hanya dua penelitian yang memiliki jumlah sampel yang cukup besar, yang telah menyajikan data tentang spektrum luas dari lesi mukosa mulut pada sebuah populasi umum.
   
Dengan demikian, tujuan dari penelitian kali ini adalah untuk mengevaluasi prevalensi lesi mukosa mulut pada pasien-pasien yang mengunjungi Departemen OM dan Radiologi, Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi Manipal, India.

Bahan dan Metode
   
Sebanyak 1190 pasien rawat jalan yang sedang mencari perawatan gigi di Departemen OM dan Radiologi, Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi Manipal, India, mulai dari 1 Maret sampai 1 Juni 2005 dimasukkan dalam penelitian ini. Pasien dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan usia: 2-20 tahun, 21-40 tahun, 41-60 tahun, dan 61-80 tahun. Semua subjek diperiksa secara klinis dan ditanya tentang kebiasaan-kebiasaan mereka seperti merokok, makan langsung dari panci, dan pemakaian alkohol, dan frekuensi dan durasi kebiasaan tersebut. Pasien yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan intraoral karena pembukaan mulut yang tidak memadai dikeluarkan dari penelitian. Riwayat didapatkan dari orang tua atau kerabat untuk pasien yang tidak mampu berkomunikasi karena faktor usia atau penyakit. Pasien diperiksa secara klinis oleh dua pemeriksa terlatih dengan menggunakan lampu buatan, kaca mulut, kain kasa, dll; diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat, gambaran klinis, dan pengamatan, berdasarkan panduan WHO dan Atlas warna. Biopsi disarankan untuk lesi-lesi yang dicurigai.

Hasil dan Pembahasan
   
Sebanyak 1190 pasien (747 laki-laki dan 443 perempuan) dalam rentang usia 2-80 tahun mewakili populasi pada penelitian 3-bulan ini yang dilakukan di departemen kami. Kelompok usia berbeda dan jumlah subjek pada masing-masing kelompok usia adalah sebagai berikut: 2-20 tahun (n=243), 21-40 tahun (n=527), 41-60 tahun (n=325), 61-80 tahun (n=95). Referensi terhadap atlas warna disamping pemeriksaan klinis dan diagnosis menghasilkan proporsi tinggi untuk kesepakatan intra-pengamat dan antar-p[pengamat untuk keberadaan lesi dan kategorisasinya. Dari 1190 subjek, 1167 dentulous dan 13 edentulous lengkap (1,1%). Sebanyak 54 subjek adalah pemakai gigitiruan. Sebanyak 115 (9,7%) adalah perokok aktif, 22 (1,9%) adalah mantan perokok, dan 1053 (88,4%) adalah bukan perokok. Diantara perokok aktif, ada proporsi tertinggi untuk perokok berat (21 batang atau lebih per hari). Kebiasaan mengunyah tembakau terdapat pada 123 subjek. Frekuensi merokok lebih prevalen pada laki-laki dibanding perempuan (98 laki-laki dan 25 perempuan) dan lebih prevalen pada kelompok usia 21-40. Mereka yang dulunya memiliki kebiasaan makan langsung dari panci adalah 21 orang.
   
Tabel 1 menunjukkan data demografi. Tabel 2, Tabel 3, menunjukkan prevalensi varian-varian mukosa mulut dan kelainan-kelainan berdasarkan usia dan jender. Tidak ada kelainan mukosa yang dideteksi pada 58,8% subjek. Varian normal yang paling prevalen adalah granula Fordyce (6,55%), diikuti dengan lidah berfisur (5,71%), leukoedema (3,78%), dan varices (1,17%). Lesi yang paling prevalen adalah keratosis gesekan (5,79%), diikuti dengan palatal perokok (2,77%), stomatitis aphthous (2,1%), fibrosis submukosa mulut (2,01%), malignansi oral (1,76%), leukoplakia (1,59%), median rhomboid glossitis (1,5%), kandidiasis oral (1,4%), lichen planus (1,26%), ulser traumatik (1,01%), stomatitis gigitiruan (0,84%), fibroma iritasi (0,84%), cheilitis angular (0,58%), herpes labial (0,58%), dan mukosel (0,16%).

Kondisi Fordyce
   
Kondisi Fordyce diamati pada 6,5% populasi dan lebih sering diamati pada mukosa bukal dan mukosa bibir. Kondisi ini lebih prevalen pada pria (8,9%) dibanding pada wanita (2,48%). Akan tetapi, Corbet telah melaporkan prevalensi sebesar 0,6%, yang sangat berbeda dengan temuan kami.

Lidah berfisur
   
Lidah berfisur ditemukan pada 5,7% populasi penelitian. Ini mencakup semua subjek yang memiliki fisur dengan kedalaman sekurang-kurangnya 2-mm pada aspek dorsal lidah. Prevalensi ini lebih rendah dibanding yang ditemukan oleh Darwazeh dan Pillai (11,4%) dan juga oleh Marija di Slovenia (21,1%). Dalam populasi penelitian kami, keberadaan lidah berfisur meningkat seiring dengan usia dan lebih prevalen diantara pria dibanding pada wanita yang sesuai dengan temuan Aboyons dan Ghaema Gami di Iran dan Darwazeh dan Pillai di Yordania.

Leukoedema
   
Dalam populasi penelitian kami, prevalensi leukoedema adalah 3,7%. Pria lebih banyak terkena dibanding wanita. Penyakit ini khususnya prevalen pada kelompok usia 41-60 tahun (5,35% dan 1,1%, masing-masing pada pria dan wanita). Prevalensi lebih tinggi diantara perokok dibanding non-perokok, seiring dengan peningkatan usia. Sebuah korelasi antara leukoedema dan merokok, mengunyah tembakau, dan alkoholisme bisa ditunjukkan dalam penelitian kami sebagaimana terlihat pada beberapa kelompok populasi dalam penelitian Karen di Thailand.

Varises sublingual
   
Prevalensi varises sublingual adalah 1,17% pada populasi penelitian kami. Kondisi ini terjadi lebih sering pada kelompok usia 61-80 tahun; akan tetapi, prevalensi 14,2% yang ditemukan pada kelompok usia ini jauh lebih rendah dibanding prevalensi 68,2% yang ditemukan oleh Ettinger dan Mandersan di Edinbourgh. Pengamatan kami 7,1% lebih tinggi dibanding yang ditemukan Corbet.

Keratosis gesekan
   
Lesi-lesi putih di dekat restorasi-gigi yang kasar, gigi yang tajam, atau karena biting akibat prostesis yang tidak cocok dianggap sebagai keratosis gesekan. Kejadian keratosis gesekan adalah pada 5,79% dari semua subjek. Prevalensi tertinggi dari lesi ini pada pria adalah pada kelompok usia 21-60 tahun (8,03%) dan pada wanita kelmpok usia 21-40 tahun (2,03%). Hasil ini sejalan dengan hasil dari penelitian Corbet dkk. (6%).

Palatal perokok
   
Pada populasi penelitian kami, palatal perokok hanya ditemukan pada pria. Prevalensi sebesar 4,4% yang ditemukan lebih tinggi dibanding yang diamati di Ljubljana, Slovenia, oleh Marija (0,5%) dan di  Swedia oleh Axell (2,1%). Lesi-lesi putih terkait tembakau (leukoplakia dan palatal perokok) dalam penelitian kami lebih prevalen pada pria dibanding pada wanita (3,3% dan 0,22% masing-masing). Perbedaan ini terkait dengan konsumsi tembakau yang tinggi pada pria.

Stomatitis aphthous
   
Keberadaan aphthae rekuren adalah 2,1%. Ini paling prevalen (2,6%) pada kelompok usia 21-40 tahun dan lebih sering pada pria (2,27%) dibanding pada wanita (1,8%). Akan tetapi, prevalensi pada populasi Swedia yang dilaporkan oleh Axell dan henricsson dan di Slovenia oleh Marija masing-masing adalah 17,7% dan 9,7%. Irwin melakukan sebuah penelitian di Pennsylvania dan menyimpulkan bahwa prevalensi stomatitis aphthous rekuren lebih tinggi pada pelajar.

Fibrosis submukosa oral
   
Prevalensi fibrosis submukosa oral dalam populasi penelitian kami adalah 2,01%; ini lebih umum diantara pria (3,07%) dibanding wanita (0,22%) dan lebih sering terlihat pada kelompok usia 41-60 tahun. Pada lesi-lesi yang dicurigai secara klinis, biopsi dilakukan; beberapa kasus sebelumnya telah dibuktikan secara histopatologi sebagai kondisi ganas. Tempat keterlibatan utama adalah mukosa bukal dan batas lateral dari lidah. Kondisi ini lebih prevalen pada pasien yang merupakan perokok kronis dan pengunyah tembakau, dengan atau tanpa konsumsi alkohol. Prevalensi ini lebih tinggi dari yang ditemukan oleh Ikeda (0,1%) di sebuah populasi Kamboja dan oleh Axel (<0,1%) di Swedia.

Leukoplakia
   
Prevalensi leukoplakia pada populasi kami adalah 1,59%. Semua subjek yang mengalami leukoplakia dalam populasi kami adalah perokok dan pengunyah tembakau. Ini lebih prevalen pada pria dibanding pada wanita (2,27% dan 0,45% masing-masing). Prevalensi ini sesuai dengan hasil yang didapatkan di Thailand oleh Reichart dkk. (1,1%) dan di Hungaria oleh Banoczy (1,3%) tetapi rendah ketika dibandingkan dengan penelitian oleh Ikeda di Jepang (25%), Bouquot di USA (2,96%), dan Axell di Swedia (3,6%). Axell menemukan lebih banyak leukoplakia terkait tembakau sebagaimana dibandingkan dengan penelitian kami. Prevalensi leukoplakia tertinggi pada populasi pria adalah pada kelompok usia 41-60 tahun (4,76%). Tempat yang paling umum terlibat adalah mukosa bukal, termasuk komisur, diikuti dengan alveolar ridge dan daerah retromolar. Tidak ada leukoplakia yang ditemukan pada dasar mulut. Semua leukoplakia termasuk tipe homogen. Uji warna tulouidin biru dilakukan dan biopsi disarankan jika ada penyerapan warna.

Median rhomboid glossitis
   
Prevalensi median rhomboid glossitis adalah 1,5% dan diamati lebih sering pada pria (1,7%) dibanding dengan perempuan (1,12%). Prevalensi ini sebanding dengan yang ditemukan pada penelitian di Thailand, Kuala Lumpur, dan  Swedia (1,3%, 1,3%, dan 1,4%, masing-masing).

Candidiasis mulut
   
Prevalensi candidiasis mulut dalam populasi penelitian kami adalah 3,07%. Candidiasis pseudomembranosa terdapat pada 1,3% dan lebih sering ditemukan pada pria (1,7%) dibanding pada perempuan (0,67%) dan pada kelompok usia yang lebih tua (61-80 tahun). Ini sebanding dengan temuan oleh Ikeda (1,4%) dan lebih tinggi dari yang ditemukan oleh Axell di Kuala Lumpur (0,4%).

Lichen planus
   
Lichen planus ditemukan pada 1,26% populasi penelitian kami, yang sebanding dengan yang ditemukan di populasi Swedia dan Jepang (1,9% dan 1,8%, masing-masing). Dalam populasi penelitian kami, lichen planus paling prevalen pada kelompok usia 41-60 tahun (2,4%). Ini lebih sering diamati diantara wanita dibanding pria (1,3 dan 1,2% masing-masing). Hasil ini sejalan dengan hasil yang didapat oleh Axell dan Rundquist, Ikeda dkk., dan Marija Kovac Kavcic (di Slovenia). Tipe yang paling prevalen adalah tipe retikular. Kondisi ini terdapat paling sering pada mukosa bukal kemudian pada lidah dan alveolar ridge.

Stomatitis gigitiruan
   
Stomatitis gigitiruan diamati pada 10 subjek (dari 45 pemakai gigitiruan). Prevalensi dalam penelitian kami adalah 0,84%. Kebanyakan stomatitis gigitiruan  diamati pada kelompok usia 41-60%. Frekuensi diamati lebih sering pada perempuan (1,35%) dibanding pada pria (0,53%). Prevalensi yang lebih tinggi untuk stomatitis gigitiruan diantara wanita sesuai dengan temuan Axell. Ini lebih rendah dari yang ditemukan oleh Cobert dkk., pada sebuah populasi China di Hong Kong (10%) dan oleh Marija di Slovenia (14,7%).

Lidah geografik
   
Lidah geografik terdapat pada 0,84% populasi, yang lebih kecil dari prevalensi yang ditemukan oleh Axell di populasi Swedia (8,5%) dan oleh Marija di Slovenia (2,2%) dan lebih besar dari yang ditemukan oleh Bouquot (0,3%) dan oleh Ikeda pada subjek Jepang yang berusia 18-63 tahun (<0,1%).

Mukosa pengunyah pinang (betel chewer)
   
Prevalensi mukosa pengunyah pinang dalam penelitian kami adalah 0,84%. Ini hanya diamati pada pria, kemungkinan karena penggunaan tembakau yang tinggi dan terus menerus pada pria. Hasil penelitian kami sejalan dengan penelitian oleh Chiag Mai di Thailand (1%). Subjek-subjek yang lebih tua memiliki prevalensi yang lebih tinggi (5,28%) dibanding yang lebih mudah.

Fibroma iritasi
   
Prevalensi fibroma iritasi pada penelitian kami adalah 0,84%. Ini lebih prevalen pada pria dibanding pada perempuan dan pada subjek yang lebih tua (2,85%). Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Corbet dkk., dimana prevalensinya ditemukan sebesar 1%.

Angular cheilitis
   
Anglar cheilitis ditemukan pada 0,58% populasi penelitian kami, yang sebanding dengan temuan oleh Corbet dkk. (1%) dan Marija di Slovenia (1%). Kondisi ini lebih sering ditemukan pada kelompok usia 41-60 tahun dan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi terhadap perempuan.

Herpes labialis
   
Prevalensi riwayat positif untuk herpes labialis rekuren adalah 0,58%. Pada populasi penelitian kami prevalensi ini berkurang seiring dengan usia dan lebih prevalen pada kelompok usia 21-40 tahun dan lebih umum pada wanita dibanding pada pria (0,9% berbanding 0,4%). Ini sebanding dengan temuan oleh Chiang Mai di Thailand (0,9%). Menurut Bouquot dan Axell, prevalensinya masing-masing adalah 2,5% dan 14,3% pada pria dan wanita.

Mukosel
   
Prevalesi mukosel pada populasi penelitian kami adalah 0,16%, dan ditemukan hanya pada pria. Prevalensi ini sebanding dengan yang ditemukan oleh Axell (0,1%) dan Bouquot (0,2%) dan lebih kecil pada populasi yang diteliti di Slovenia (0,9%).
   
Tidak ada lesi yang ditemukan pada 58,8% pasien; 67,9% dari mereka adalah perempuan dan 53,4% adalah laki-laki. Jumlah maksimum pasien yang bebas lesi adalah yang masuk dalam kategori wanita usia 0-20 tahun.

Kesimpulan
   
Hasil dari penelitian kali ini memberikan beberapa informasi tentang prevalensi temuan-temuan mukosal di Manipal, India. Hasil menunjukkan bahwa lesi-lesi yang terkait dengan tembakau/rokok diamati lebih sering pada pria dibanding pada wanita. Pasien yang memiliki kebiasaan disarankan untuk berhenti merokok dan kebiasaan-kebiasaan berbahaya lainnya. Semua pasien dinasehati tentang kebutuhan kesehatan mulut dan gigi individual. Walaupun beberapa peringatan kesehatan telah dipasang pada produk-produk tembakau penyebab kanker mulut, namun penyuluhan lebih lanjut masih diperlukan untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan preparasi-preparasi ini.

Comments

Popular posts from this blog

Kemajuan-kemajuan terbaru dalam memahami patogenesis pemfigus vulgaris

Sintesis Kolagen

Herpes Genital