Uji fungsi ginjal baru lebih baik dibanding uji standar dalam memperkirakan dampak mortalitas dan kardiovaskular

Cystatin C, sebuah uji darah baru untuk fungsi ginjal, merupakan indikator yang lebih baik untuk risiko kematian dan kardiovaskular diantara lansia dibanding uji standar untuk fungsi ginjal, berdasarkan sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine. Uji yang lebih sensitif ini membedakan risiko kardiovaskular rendah, menengah dan tinggi, yang bisa memungkinkan pendeteksian lebih dini.
   
Pada penelitian yang dimaksud di atas, para peneliti membandingkan dua tolak ukur fungsi ginjal, Cystatin C dan kreatinin, sebagai indikator kematian dari semua penyebab, kematian dari penyebab kardiovaskular, dan kejadian serangan jantung dan stroke diantara 4.637 partisipan lansia dalam penelitian tersebut.

  
Sebanyak 20 persen partisipan yang memiliki kadar cystatin C tertinggi memiliki risiko dua kali lipat untuk kematian dari semua penyebab serta kematian dari penyakit kardiovaskular, dan 50 persen risiko lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung dan stroke dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar cystatin C terendah. Berbeda dengan itu, uji partisipan yang sama dengan kreatinin mendeteksi kelompok berisiko-tinggi yang lebih kecil – sekitar 10 persen partisipan dan yang lainnya memiliki risiko rata-rata.
   
Dengan cystatin C para peneliti menemukan bahwa 60 persen mengalami fungsi ginjal abnormal sehingga menyebabkan mereka berisiko sedang atau tinggi untuk komplikasi kardiovaskular.
   
Diperkirakan bahwa 20 juta orang Amerika mengalami fungsi ginjal yang sangat menurun, sehingga bahkan kehilangan sedikit saja fungsi ginjal bisa melipatgandakan risiko untuk mengalami penyakit kardiovaskular.
   
“Penelitian ini menguatkan pentingnya hubungan antara fungsi ginjal dan kesehatan kardiovaskular dan kelangsungan hidup di masa tua. Jika temuan ini dikuatkan oleh penelitian-penelitian lain, maka cystatin C bisa menjadi alat prognostik yang bermanfaat dalam mengevaluasi pasien-pasien tua yang berisiko untuk bukan hanya penyakit ginjal, tetapi juga penyakit kardiovaskular,” kadat Elizabeth G. Nabel, M.D., direktur NHLBI.
   
Evaluasi standar untuk fungsi ginjal adalah sebuah perkiraan laju filtrasi ginjal – yang disebut laju filtrasi glomerular (GFR) – berdasarkan pengukuran kreatinin dalam darah dan perhitungan lebih lanjut berdasarkan usia, jender, dan ras pasien. Pengukuran cystatin-C dalam darah juga tampak mencerminkan GFR, tetapi tidak memerlukan perhitungan tambahan. Kreatinin dan cystatin C adalah protein-protein yang ditemukan dalam darah dan disaring melalui ginjal. Ketika ginjal tidak bekerja dengan baik, protein-protein ini berakumulasi dalam darah, yang memberikan sebuah sinyal kepada dokter bahwa seseorang mungkin mengalami penyakit ginjal. Karena kreatinin adalah produk-samping dari sel-sel otot, maka kadarnya dalam darah bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor selain penyakit ginjal, seperti usia, jender, ras, dan massa otot. Cystatin C dihasilkan oleh sel-sel darah, dan kadarnya dalam darah tidak dipengaruhi oleh usia, jender, ras, atau massa otot.
   
Cystatin-C telah disetujui untuk penggunaan diagnostik oleh FDA, tetapi uji ini belum tersedia secara umum atau belum umum digunakan dalam setting klinis. Penelitian ini dan penelitian lainnya telah menunjukkan bahwa cystatin C bisa mendeteksi penyakit ginjal sedang pada tahap-tahap awal, sebelum kadar kreatinin akan meningkat, sehingga memungkinkan pengidentifikasian jauh lebih banyak orang yang berisiko untuk mengalami kematian dan komplikasi kardiovaskular.
   
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kreatinin normal tidak seperti yang kita yakini. Pada orang-orang yang berisiko tinggi untuk mengalami penyakit ginjal, seperti orang yang sudah tua atau orang yang mengalami diabetes, hipertensi, atau penyakit kardiovaskular, kadar kreatinin normal bisa disalahartikan baahwa pasien aman-aman saja dari efek kardiovaskular dari penyakit ginjal,” kata Michale Shlipak, dari Universitas California di San Fransisco yang memimpin salah satu penelitian.
   
Dr. Shlipak menyebutkan bahwa penelitian tambahan diperlukan untuk menentukan peranan pasti bagi uji ini, tetapi uji ini sangat bermanfaat pada pasien berisiko tinggi dengan memiliki kreatinin normal. Pemeriksaan mekanisme-mekanisme yang mendasari hubungan kuat ini antara ginjal dan penyakit kardiovaskular akan menjadi sangat penting untuk mengargetkan upaya-upaya pencegahan, kata dia.
   
Para peserta dalam Studi Kesehatan Kardiovaskular berusia 65 atau lebih pada awal penelitian. Kadar kreatinin dan cystatin C mereka diambil pada tahun 1992 atau 1993 dan periode follow-up rata-rata adalah 7,4 tahun. Tempat-tempat penelitian adalah Frsyth County, North Carolina, Sacramento County, California, Washington County, Maryland dan kota Pittsburgh.

Comments

Popular posts from this blog

Kemajuan-kemajuan terbaru dalam memahami patogenesis pemfigus vulgaris

Sintesis Kolagen

Hubungan antara Penggunaan DMPA (Depot Medroksiprogesteron) dengan Perdarahan Uterin yang Meningkat pada Wanita yang Memiliki Berat-badan-berlebih dan Gemuk