Aspek epidemiologi dan mikrobiologi diare bakteri akut pada anak-anak dari Salvador, Bahia, Brazil

Pendahuluan

Presentasi yang parah dari diare akut merupakan salah satu tantangan paling umum yang dihadapi oleh tim medis di UGD anak di negara-negara berkembang. Pengobatan anti-dehidrasi merupakan batu loncatan terapi dan harus segera dilakukan tetapi pengobatan antimikroba spesifik mungkin diperlukan, tergantung pada keparahan penyakit dan pada risiko komplikasi. Karena kultur stool memerlukan berbapa hari untuk memberikan informasi yang memadai tentang patogen-patogen dan pola-pola kerentanannya, maka perawatan empiris harus segera dilakukan pada kasus-kasus seperti ini. Untuk memandu pilihan antibiotik empiris, penting untuk mengetahui patogen mana yang paling mungkin menginfeksi pasien di daerah geografis tertentu dan antibiotik apa yang paling efektif untuk mengobatinya.


Di seluruh penjuru dunia, gastroenteritis bakteri akut disebabkan utamanya oleh Shigella, sedangkan Salmonella, E. Coli, Campylobacter dan Vibrio spp. juga telah ditunjukkan memegang peranan dalam epidemiologi diare, khususnya di daerah tertentu di permukaan bumi ini.

Beberapa tahun yang lalu, WHO menyarankan bahwa diare berdarah pada anak-anak harus diobati dengan trimethoprim-sulfametoksazol (TMP-SMX) atau asam nalidiksat. Akan tetapi, pola-pola kerentanan antimikroba selalu berubah dan sangat bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Kasus gastroenteritis diare akut berdarah telah berhasil diobati dengan ampicillin atau TMP-SMX selama waktu yang lama, tetapi laporan-laporan tentang resistensi/kekebalan telah membatasi penggunaan empiris dari obat-obat ini, walaupun bisa memiliki peranan dalam terapi yang dipandu oleh hasil-hasil kultur stool. Asam nalidiksat pada awalnya menggantikan ampicillin dan TMP-SMX secara memuaskan, tetapi begitu resistensi/kekebalan terhadap obat ini muncul dan menyebar dengan cepat, obat ini tidak lagi dianggap terapi antimikroba utama untuk diare bakteri. Saat ini, cephalosporin generasi ketiga dan quinolon yang lebih baru utamanya ceftriakson dan ciprofloxacin, dianggap sebagai obat yang paling efektif untuk kasus-kasus diare infeksi akut dimana pengobatan antimikroba diindikasikan. Meskipun banyak laporan dari seluruh dunia berkenaan dengan trend kekebalan antimikroba, namun masih sedikit data yang membahas pola-pola seperti ini Brazil, khususnya untuk populasi anak.

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menentukan pola kerentanan antimikroba dari patogen paling penting yang terlibat dalam epidemiologi diare akut pada pasien yang mencari perawatan medis di sebuah fasilitas perawatan tersier anak di Salvador, Brazil. Data demografi umum tentang pasien dan penyakit juga dicatat.

Metode dan hasil penelitian

Dalam penelitian ini kami menelaah hasil dari 260 kultur stool positif anak-anak antara 0 sampai 15 tahun selama dua tahun di fasilitas perawatan tersier anak di Salvador, Brazil. Turunan-turunan bakteri dianggap telah diidentifikasi dengan mengkulturkan media selektif dan dengan uji biokimia, dan pola-pola kerentanan antimikrobanya dideteksi secara otomatis dengan MicroScan Walkaway System. Data tentang usia dan jenis kelamin pasien, distribusi bulanan kasus, patogen-patogen yang diisolasi dan pola-pola resistensi antimikrobanya juga dicatat. Laki-laki mewakili 55,4% dari sampel kami, dan kebanyakan pasien kami (42,7%) berusia antara satu sampai empat tahun. Shigella adalah patogen yang paling umum, ditemukan pada 141 (54,3%) kultur, sedangkan Salmonella ditemukan pada 100 (38,4%) kultur dan Enteropathogenik E. Coli pada 19 pasien (7,3%). Salmonella adalah agen penyebab utama untuk diare pada anak-anak yang berusia di bawah lima tahun, sedangkan Shigella adalah patogen paling umum yang diisolasi dari stool anak antara usia lima sampai 15 tahun. Puncak kejadian sesuai dengan periode liburan sekolah. Spesimen Shigella mewakili tingkat resistensi/kekebalan yang sangat tinggi terhadap trimethoprim-sulfametksazol (90,1%) dan terhadap ampicillin (22,0%), sedangkan Salmonella mewakili tingkat resistensi/kekebalan yang sangat rendah pada semua obat yang diuji.

Pembahasan

Dengan pentingnya karakterisasi epidemiologi lokal dari diare untuk memandu terapi antimikroba spesifik, kami menelaah hasil dari 260 kultur stool dari anak-anak yang berusia 0 sampai 15 tahun dimana enteropatogen dideteksi. Kami mendeteksi kecednerungan yang lebih tinggi bagi laki-laki untuk mengalami gastroenterisi bakteri dan kejadian yang rendah selama tahun pertama masa hidup, puncak kejadian antara usia satu sampai empat tahun dan tingkat kejadian yang berkurang pada ana-anak yang lebih tua.

Lebih dari setengah kasus diakibatkan oleh Shigella spp., sehingga menunjukkan pentingnya patogen ini dalam epidemiologi diare bakteri pada anak di negara-negara berkembang. Kebanyakan kasus yang terkait Shigella (80,1%) disebabkan oleh S. Sonnei, sehingga menunjukkan bahwa S. Sonnei lebih umum di lingkungan kita atau terkait dengan presentasi penyakit yang lebih parah, sebab pasien yang lebih parah kemungkinan besar mencari bantuan medis. Tentunya, kebanyakan pasien yang mengalami shigellosis memerlukan perawatan cepat. Salmonella juga umum ditemukan pada pasien kami, tetapi tidak ada spesimen tifoid yang diisolasi. Dalam sampel kami, E. Coli merupakan agen kausatif yang paling tidak sering untuk diare akut; akan tetapi, lebih penting bagi epidemiologi diare pada daerah-daerah yang lebih miskin. Tidak ada kasus diare terkait Campylobakteri yang dideteksi. Kejadian Campylobacter yang rendah sebelumnya telah dilaporkan di Brazil, sedangkan jauh lebih umum di negara-negara lain.

Data kami menunjukkan Salmonella sebagai agen kausatif yang paling penting untuk diare pada anak-anak di bawah lima tahun. Akan tetapi, anak-anak di bawah satu tahun tidak diharapkan mengalami diare yang terkait Shigella,  berbeda dengan banyak anak yang berusia satu sampai lima tahun. Pengamatan-pengamatan ini memiliki implikasi klinis yang penting karena Salmonella spp. memiliki banyak kelompok usia yang rentan dibanding Shigella spp. dan E. Coli (Tabel 3).

Tingkat kejadian tertinggi adalah selama musim panas dan musim dingin, ketika liburan sekolah memungkinkan anak-anak untuk meningkatkan keterpaparan terhadap patogen-patogen lingkungan dan terhadap makanan yang terkontaminasi. Akibatnya, kami mengkaitkan rendahnya kejadian yang ditemukan di bulan Desember dengan kebiasaan bepergian keluar kuta selama bulan ini. Meskipun ukuran sampel yang relatif kecil, kami yakin bahwa data kami memberikan informasi yang bermanfaat tentang resistensi/kekebalan antimikroba. Untuk membantu para dokter dalam memilih sebuah obat antimikroba yang memadai dalam memulai terapi empiris pada pasien yang mengalami diare akut tan pengetahuan tentang patogen spesifik, kami menilai pola-pola resistensi antimikroba dari semua patogen yang diisolasi. Kami mendeteksi resistensi/kekebalan yang tinggi terhadap TMP-SMX, ampicillin, ampicillin yang terkait dengan sulbactam dan piperacillin pada turunan Shigella spp. Sehingga, kami tidak merekomendasi obat-obat ini untuk pengobatan diare berdarah akut secara empiris pada anak-anak. Pada kasis yang sangat parah, dengan bukti penyebaran penyakit, ceftriakson intravena adalah pilihan yang paling baik, sedangkan obat-obat lain bisa menjadi pilihan yang memadai untuk pengobatan empiris diare akut parah pada anak-anak (Tabel 2). Jadi jelas, setelah hasil kultur stool tersedia, terapi bisa dirubah dengan menggunakan opbat yang lebih aman dan atau lebih murah berdasarkan pola kerentanan antimikroba.

Penilaian terpisah terhadap pola-pola resistensi antimikroba menunjukkan bahwa Shigella lebih sulit diobati dan memerlukan pertimbangan yang cermat pada saat pemilihan terapi antimikroba. Akan tetapi, resistensi/kekebalan Shigella belum mencapai angka multi-resistensi yang mengkhawatirkan sebagaimana dilaporkan di negara lain, dimana resistensi terhadap ciprofloxacin dan terhadap ceftriakson sudah sangat nyata. Meskipun kemi mendeteksi angka resistensi yang tinggi terhadap TMP-SMX, ampicillin, ampicillin yang terkait dengan sulbactam dan piperacillin, tidak ada resistensi terhadap ceftriakson yang dideteksi dan hanya satu dari 141 (0,7%) isolat Shigella yang resisten terhadap ciprofloxacin. Isolat-isolat Shigella sonnei memiliki angka resistensi tertinggi terhadap TMP-SMX; 94,7%, dibanding dengan 71,4% untuk S. Flexneri dan 51,9% untuk semua bakteri yang diisolasi. Shigella flexneri memiliki angka resistensi yang tinggi terhadap ampicillin dibanding dengan S. Sonnei (60,8% dan 12,4% masing-masing). Kami menemukan bahwa turunan Salmonella rentan terhadap semua obat, karena resistensi yang tinggi tidak ditemukan terhadap obat manapun. Menariknya, 2,0% dari turunan ini ditemukan kebal terhadap ciprofloxacin. Meskipun kemungkinan hasil keliru harus dipertimbangkan karena metode pengujian otomatis, namun resistensi terhadap ciprofloxacin diantara turunan Salmonella non-tifoid yang diisolasi dari spesimen-spesimen stool sebelumnya telah dilaporkan dari beberapa penjur dunia. Disisi lain, sebuah penelitian Multi Center di Amerika Latin yang dipublikasikan oleh Gales dkk. tidak mengisolasi turunan Salmonella manapun yang kebal terhadap fluoroquinolon dari sampel daerah. Akan tetapi, turunan-turunan Salmonella spp. yang diisolasi dari sampel-sampel daerah diketahui lebih rentan dibanding yang berasal dari stool. Lebih lanjut, fluoroquinolon yang diuji oleh Gales dkk., adalah gatifloxacin, sebuah senyawa 8-metoksi-fluoroquinolon baru yang diduga aktif terhadap kebanyakan bakteri yang kebal ciprofloxacin. Isolat-isolat E. Coli ditemukan memiliki angka resistensi yang tinggi terhadap piperacillin, ampicillin, ampicillin + silbactam dan TMP-SMX. Akan tetapi, interpretasi dari data-data ini dikaburkan oleh relatif sedikitnya kasus yang tnerkiat dengan E. Coli (19, atau 7,3% dari total). Pola-pola kerentanan yang kami temukan sedikit lebih mendukung dibanding yang dilaporkan oleh penelitian dari Brazil dan Amerika Latin.

Walaupun penting untuk berhati-hati dengan pola-pola kerentanan antimikroba yang disediakan oleh metode-metode otomatis, namun praktek klinis terus mendukung penggunaannya. Lebih lanjut, penelitian-penelitian komparatif telah memberikan angka ketidaksesuaian pengujian yang sangat rendah antara sistem Walawai dan metode pengenceran agar konvensional referensi untuk pengidentifikasian dan pola kerentanan antimikroba dari Shigella, Salmonella dan E. Coli. Akan tetapi, belum ada trial yang meneliti bakteri ini secara spesifik dan juga belum ada yang melibatkan isolat bakteri dalam skala besar.

Kami tidak menilai peranan asam nalidiksat dalam pengobatan diare akut. Meskipun banyak turunan bakteri yang resisten/kebal, penggunaan asam nalidiksat masih direkomendasikan oleh panduan-panduan WHO tunuk penatalaksanaan diare berdarah akut pada anak-anak, dan kemungkinan tetap menjadi opsi penting untuk pengobatan diare infeksi akut, khususnya pada pelayanan-pelayanan yang tidak bisa mengadakan obat-obatan yang lebih mahal.
Aspek epidemiologi dan mikrobiologi diare bakteri akut pada anak-anak dari Salvador, Bahia, Brazil


Data kami menunjukkan Salmonella sebagai agen kausatif yang paling penting untuk diare pada anak-anak di bawah lima tahun. Akan tetapi, anak-anak di bawah satu tahun tidak diharapkan mengalami diare yang terkait Shigella,  berbeda dengan banyak anak yang berusia satu sampai lima tahun. Pengamatan-pengamatan ini memiliki implikasi klinis yang penting karena Salmonella spp. memiliki banyak kelompok usia yang rentan dibanding Shigella spp. dan E. Coli (Tabel 3).

Tingkat kejadian tertinggi adalah selama musim panas dan musim dingin, ketika liburan sekolah memungkinkan anak-anak untuk meningkatkan keterpaparan terhadap patogen-patogen lingkungan dan terhadap makanan yang terkontaminasi. Akibatnya, kami mengkaitkan rendahnya kejadian yang ditemukan di bulan Desember dengan kebiasaan bepergian keluar kuta selama bulan ini. Meskipun ukuran sampel yang relatif kecil, kami yakin bahwa data kami memberikan informasi yang bermanfaat tentang resistensi/kekebalan antimikroba. Untuk membantu para dokter dalam memilih sebuah obat antimikroba yang memadai dalam memulai terapi empiris pada pasien yang mengalami diare akut tan pengetahuan tentang patogen spesifik, kami menilai pola-pola resistensi antimikroba dari semua patogen yang diisolasi. Kami mendeteksi resistensi/kekebalan yang tinggi terhadap TMP-SMX, ampicillin, ampicillin yang terkait dengan sulbactam dan piperacillin pada turunan Shigella spp. Sehingga, kami tidak merekomendasi obat-obat ini untuk pengobatan diare berdarah akut secara empiris pada anak-anak. Pada kasis yang sangat parah, dengan bukti penyebaran penyakit, ceftriakson intravena adalah pilihan yang paling baik, sedangkan obat-obat lain bisa menjadi pilihan yang memadai untuk pengobatan empiris diare akut parah pada anak-anak (Tabel 2). Jadi jelas, setelah hasil kultur stool tersedia, terapi bisa dirubah dengan menggunakan opbat yang lebih aman dan atau lebih murah berdasarkan pola kerentanan antimikroba.

Penilaian terpisah terhadap pola-pola resistensi antimikroba menunjukkan bahwa Shigella lebih sulit diobati dan memerlukan pertimbangan yang cermat pada saat pemilihan terapi antimikroba. Akan tetapi, resistensi/kekebalan Shigella belum mencapai angka multi-resistensi yang mengkhawatirkan sebagaimana dilaporkan di negara lain, dimana resistensi terhadap ciprofloxacin dan terhadap ceftriakson sudah sangat nyata. Meskipun kemi mendeteksi angka resistensi yang tinggi terhadap TMP-SMX, ampicillin, ampicillin yang terkait dengan sulbactam dan piperacillin, tidak ada resistensi terhadap ceftriakson yang dideteksi dan hanya satu dari 141 (0,7%) isolat Shigella yang resisten terhadap ciprofloxacin. Isolat-isolat Shigella sonnei memiliki angka resistensi tertinggi terhadap TMP-SMX; 94,7%, dibanding dengan 71,4% untuk S. Flexneri dan 51,9% untuk semua bakteri yang diisolasi. Shigella flexneri memiliki angka resistensi yang tinggi terhadap ampicillin dibanding dengan S. Sonnei (60,8% dan 12,4% masing-masing). Kami menemukan bahwa turunan Salmonella rentan terhadap semua obat, karena resistensi yang tinggi tidak ditemukan terhadap obat manapun. Menariknya, 2,0% dari turunan ini ditemukan kebal terhadap ciprofloxacin. Meskipun kemungkinan hasil keliru harus dipertimbangkan karena metode pengujian otomatis, namun resistensi terhadap ciprofloxacin diantara turunan Salmonella non-tifoid yang diisolasi dari spesimen-spesimen stool sebelumnya telah dilaporkan dari beberapa penjur dunia. Disisi lain, sebuah penelitian Multi Center di Amerika Latin yang dipublikasikan oleh Gales dkk. tidak mengisolasi turunan Salmonella manapun yang kebal terhadap fluoroquinolon dari sampel daerah. Akan tetapi, turunan-turunan Salmonella spp. yang diisolasi dari sampel-sampel daerah diketahui lebih rentan dibanding yang berasal dari stool. Lebih lanjut, fluoroquinolon yang diuji oleh Gales dkk., adalah gatifloxacin, sebuah senyawa 8-metoksi-fluoroquinolon baru yang diduga aktif terhadap kebanyakan bakteri yang kebal ciprofloxacin. Isolat-isolat E. Coli ditemukan memiliki angka resistensi yang tinggi terhadap piperacillin, ampicillin, ampicillin + silbactam dan TMP-SMX. Akan tetapi, interpretasi dari data-data ini dikaburkan oleh relatif sedikitnya kasus yang tnerkiat dengan E. Coli (19, atau 7,3% dari total). Pola-pola kerentanan yang kami temukan sedikit lebih mendukung dibanding yang dilaporkan oleh penelitian dari Brazil dan Amerika Latin.

Walaupun penting untuk berhati-hati dengan pola-pola kerentanan antimikroba yang disediakan oleh metode-metode otomatis, namun praktek klinis terus mendukung penggunaannya. Lebih lanjut, penelitian-penelitian komparatif telah memberikan angka ketidaksesuaian pengujian yang sangat rendah antara sistem Walawai dan metode pengenceran agar konvensional referensi untuk pengidentifikasian dan pola kerentanan antimikroba dari Shigella, Salmonella dan E. Coli. Akan tetapi, belum ada trial yang meneliti bakteri ini secara spesifik dan juga belum ada yang melibatkan isolat bakteri dalam skala besar.

Kami tidak menilai peranan asam nalidiksat dalam pengobatan diare akut. Meskipun banyak turunan bakteri yang resisten/kebal, penggunaan asam nalidiksat masih direkomendasikan oleh panduan-panduan WHO tunuk penatalaksanaan diare berdarah akut pada anak-anak, dan kemungkinan tetap menjadi opsi penting untuk pengobatan diare infeksi akut, khususnya pada pelayanan-pelayanan yang tidak bisa mengadakan obat-obatan yang lebih mahal.

Comments

  1. Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kemajuan-kemajuan terbaru dalam memahami patogenesis pemfigus vulgaris

Sintesis Kolagen

Herpes Genital