Konsistensi Penggunaan Kondom Terkait Dengan Keyakinan Tentang Penyebaran Penyakit HIV Diantara Wanita yang Mendapatkan Terapi Antiretoviral HIV

Pendahuluan

Penyebaran penggunaan terapi antiretoviral telah memiliki pengaruh daramtis terhadap morbiditas dan mortalitas terkait AIDS di Amerika Serikat. Akan tetapi, telah disebutkan bahwa pengobatan-pengobatan ini mungkin memiliki efek yang tidak diinginkan berupa meningkatnya kemungkinan bahwa individu yang berisiko atau terinfeksi HIV akan terlibat dalam perilaku risiko seksual yang meningkat dan terus menerus.

Data awal yang mendukung kekhawatiran-kekhawatiran ini mulai muncul. Dalam sebuah analisis terhadap 147 individu yang diwawancarai di sebuah klinik HIV berbasis universitas, hampir seperlima percaya bahwa ada penurunan kebutuhan akan aktivitas seksual yang aman dengan tersedianya terapi inhibitor protease. Pada survei lain terhadap lebih dari 4.000 pria homoseks (MSM), mereka yang setuju dengan pernyataan yang mencerminkan penurunan kekhawatiran tentang penyebaran HIV lebih besar kemungkinannya melaporkan hubungan seks anal yang tidak terlindungi.
Wawancara diantara 81 MSM sebelum dan setelah memulai resimen terapeutik HIV menunjukkan peningkatan jumlah hubungan seks tanpa kontrasepsi tiga kali lipat dengan pasangan yang serostatusnya tidak diketahui atau negatif HIV, walaupun penelitian ini mendeteksi tidak ada perbedaan diantara pria heteroseksual atau wanita heteroseksual.

Penelitian-penelitian ini memberikan bukti bahwa, sekurang-kurangnya diantara populasi tertentu, terapi antiretroviral terkait dengan meningkatnya perilaku berisiko seksual. Akan tetapi, mekanisme hubungan ini masih belum jelas. Penelitian ini dirancang untuk menilai sejauh mana wanita HIV di Amerika Serikat percaya bahwa resimen antiretoviral mengurangi kemungkinan penyebaran HIV secara seksual, dan untuk meneliti apakah keyakinan-keyakinan ini selanjutnya mempengaruhi konsistensi pemakaian kondom.

Metode

Antara bulan Februari dan September 1999, wanita positif HIV yang mendaftar dalam penelitian WIHS dan sedang melakukan terapi antiretroviral dimasukkan dalam analisis cross-sectional ini. Berdasarkan kriteria ini, 145 dari 197 wanita (73,6%) dimasukkan dalam analisis. Pertanyaan-pertanyaan tentang keyakinan mengenai penyebaran penyakit ditambahkan ke dalam protokol wawancara WIHS untuk tujuan penelitian ini dalam bentuk wawancara pribadi yang terstruktur. WIHS merupakan sebuah penelitian kohort prospektif multi-tempat yang meneliti riwayat alami infeksi HIV pada wanita. Semua prosedur penelitian disetujui oleh Badan Review Institusional Lokal.

Pertanyaan-pertanyaan yang dimasukkan dalam wawancara mencakup sebuah item yang menilai apakah wanita setuju atau tidak bahwa orang yang sedang mendapatkan terapi HIV lebih kecil kemungkinannya menginfeksi orang lain dengan penyakit ini. Perkiraan-perkiraan diperoleh dari jumlah pasangan seksual pria sejak kunjungan penelitian terakhir. Terakhir, para partisipan melaporkan apakah mereka telah menggunakan kokain, crack kokain, atau heroin sejak kunjungan terkahir.

Kepatuhan menggunakan obat yang dilaporkan sendiri dinilai pada semua pengobatan HIV sejak kunjungan penelitian terakhir. Respon-respon dikategorikan sebagai kurang dari atau di atas 95% kepatuhan. Validasi ukuran ini didukung melalui sebuah perbandingan nilai keterpercayaan dengan muatan virus yang terjadi bersama-sama.

Kemungkinan konsistensi penggunaan kondom dibandingkan lintas kepercayaan tentang terapi dan kovariat lainnya dengan uji pasti Fisher untuk variabel-variabel yang terbagi dua. Variabel-variabel yang terkait dalam analisis bivariat pada p < 0,10 dipilih untuk dimasukan dalam analisis multivariat. OR untuk prediktor konsistensi penggunaan kondom diperkirakan dari sebuah model regresi logistik berganda.

Hasil

Partisipan penelitian memiliki usia antara 25 sampai 62 tahun dan sebagian besar kulit hitam (69,7%) atau Hispanis/Latin (22,1%). Penggunaan obat terbaru dilaporkan oleh 4,8% dan kepatuhan penggunaan obat sekurang-kurangnya 95% dan sebanyak 90,5% dari jumlah ini melaporkan memiliki hanya 1 pasangan seksual. Tiga perempat dari sampel melaporkan bahwa semua pasangan selama masa ini adalah seronegatif HIV (serostatus dari 1 atau lebih pasangan tidak diketahui dalam 4 kasus).

Lebih dari tiga perempat sampel penelitian (77%) tidak setuju dengan pernyataan bahwa menjalani terapi antiretroviral mengurangi peluang penularan HIV kepada orang lain. Setelah dikontrol untuk jumlah pasangan intim dan serostatus HIV pasangan, wanita yang melaporkan tidak ada hubungan antara terapi HIV dan infeksi penyakit adalah lebih dari tiga kali kemungkinannya untuk melaporkan penggunaan kondom secara konsisten (rasio ganil [OR], 3,1;95% interval kepercayaan [CI[, 1,2-8,3; p<0,05).

Penggunaan kondom yang konsisten tidak terkait dengan usia, muatan virus, penggunaan obat, atau kepatuhan penggunaan obat. Diantara pemakai kondom yang konsisten, 19% melaporkan bahwa semua pasangan seksnya positif HIV, sedangkan diantara penggunaan kondom yang tidak konsisten, 37% melaporkan bahwa semua pasangan seksnya positif HIV (p = 0,05). Mengherankannya, ada kecenderungan pemakai kondom kecil kemungkinannya melaporkan memiliki 2 atau lebih pasangan seks (5,6%) dibanding dengan temuan pada mereka yang merupakan pemakai kondom tidak konsisten. Analisis regresi berganda yang mencakup keyakinan penyebaran HIV, jumlah pasangan seksual, dan serostatus HIV dari partner seksual signifikan secara statistik. Disamping itu, mereka yang memiliki pasangan positif HIV lebih kecil kemungkinannya melaporkan penggunaan kondom secara konsisten.

PEMBAHASAN

Wanita dalam sampel ini yang tidak percaya bahwa ada hubungan antara terapi HIV dengan kemungkinan penyebaran penyakit memiliki peningkatan risiko tiga kali lipat untuk ketidakonsistenan pemakaian kondom. Perbedaan perilaku berisiko ini tidak bisa dikaitkan dengan faktor-faktor yang mencerminkan konteks hubungan seksual. Walaupun keyakinan bahwa muatan virus lebih rendah terkait dengan pengurangan jumlah penyebaran seksual mungkin benar, namun efek balik dari keyakinan seperti ini adalah bahwa wanita bisa meningkatkan risiko mereka sendiri untuk dampak-dampak kesehatan yang berbahaya, termasuk risiko untuk mendapatkan penyakit tertularkan secara seksual lainnya dan penyebaran HIV, dan penyebaran turunan-turunan bakteri HIV-1 yang kebal obat dan multi-obat.

Penggunaan laporan sendiri didukung dalam analisis ini melalui korelasinya dengan muatan virus. Jadi jelas, hubungan antara konsistensi dan muatan virus tidak sederhana dan bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti resistensi virus. Akan tetapi, hubungan antara variabel-variabel ini memberikan beberapa dukungan validitas terhadap laporan-sendiri ini. Disamping kekurangan ini, ukuran sampel yang kecil mungkin telah mempengaruhi kekuatan untuk mendeteksi beberapa perbedaan dan menghasilkan sampel yang lebih terbatas keumumannya.

Meskipun ada kekurnagna-kekurangan ini, temuan kami sejalan dengan beberapa laporan yang menunjukkan bahwa diantara beberapa populasi, terapi HIV bisa terkait dengan tingkat perilaku berisiko seksual yang lebih tinggi. Penelitian sekarang menyoroti kebutuhan akan pendidikan berkenaan dengan konsekuensi potensial dari perilaku risko seksual untuk wanita yang terinfeksi HIV dan pasangannya sebagai sebuah komponen menyeluruh dari perawatan HIV. Secara khusus, informasi harus diberikan berkenaan dengan dampak negatif potensial yang terkait dengan perilaku seksual yang tidak menggunakan kontrasepsi, termasuk risiko-risiko yang terkait dengan infeksi gabungan STD/HIV.

Comments

Popular posts from this blog

Kemajuan-kemajuan terbaru dalam memahami patogenesis pemfigus vulgaris

Sintesis Kolagen

Hubungan antara Penggunaan DMPA (Depot Medroksiprogesteron) dengan Perdarahan Uterin yang Meningkat pada Wanita yang Memiliki Berat-badan-berlebih dan Gemuk