Cystatin C

Sampel Uji

Apa yang diuji?
   
Cystatin C merupakan sebuah inhibitor cystein proteinase, sebuah molekul kecil yang dihasilkan oleh sel-sel berinti (sel-sel yang memiliki material genetik pada pusatnya, yang kebanyakan merupakan sel tubuh). Cystatin C dihasilkan dan dimusnahkan dengan laju konstan dan ditemukan pada berbagai cairan tubuh seperti darah, cairan spinal, dan air ASI.
   
Cystatin C disaring dari  oleh glomeruli, yang merupakan kelompok-kelompok pembuluh darah kecil dalam ginjal yang memungkinkan air, zat-zat terlarut dan limbah melewati dindingnya disamping menyaring sel-sel darah dan protein-protein yang lebih besar. Yang melewati dinding glomerulus membentuk sebuah cairan filtrat. Tubuh kemudian menyerap ulang Cystatin C, glukosa, da beberapa zat lain dari filtrat, disamping membiarkan zat-zat lain dibawa bersama cairan ke kandung kemih dan pada akhirnya keluar dari tubuh bersama urin. Cystatin C yang diserap ulang ketika filtrat glomerular terbentuk kemudian diurai dan tidak dikembalikan ke darah. Pada saat laju pembentukan filtrat cairan berkurang, yang menandakan fungsi ginjal menurun, kadar zat-zat dalam darah yang dikeluarkan (seperti Cystatin C) meningkat dan merupakan indikasi tentang seberapa baik ginjal seorang pasien berfungsi.
   

Uji Cystatin C telah digunakan sebagai salah satu metode untuk mengevaluasi  fungsi ginjal. Protein ini tidak dipengaruhi oleh massa tulang, jender, usia, atau ras, berbeda dengan kreatinin. Ketika ginjal berfungsi normal, konsentrasi Cystatin C dalam darah stabil. Tetapi ketika fungsi ginjal terganggu, konsentrasinya mulai meningkat. Peningkatan terhadap ketika GFR menurun dan sering dapat dideteksi sebelum ada penurunan GFR yang dapat diukur. Meskipun banyak data dan literatur yang mendukung penggunaan Cystatin C, namun masih ada beberapa ketidakpastian tentang kapan dan bagaimana harus digunakan.

Bagaimana sampel diambil untuk pengujian?
   
Sampel darah diambil dengan menusukkan sebuah jarum ke dalam vena dalam lengan.

Bagaimana digunakan?
   
Cystatin C bisa digunakan sebagai alternatif untuk menggantikan kreatinin dan pembersihan kreatinin untuk menscreening dan memantau disfungsi ginjal pada pasien-pasien yang diketahui atau diduga mengalami penyakit ginjal. Ini khususnya bermanfaat pada kasus-kasus dimana pengukuran kreatinin tidak memungkinkan: misalnya pada pasien yang mengalami sirosis hati, pasien yang sangat gemuk, kurang gizi atau memiliki massa tulang yang berkurang. Pengukuran Cystatin C juga bisa bermanfaat dalam pendeteksian penyakit ginjal secara dini ketika parameter-parameter lain masih normal, khususnya pada lansia.
   
Para peneliti sedang menyelidiki kegunaan lain dari Cystatin C, dan alasan-alasan penganjurannya akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Disamping disfungsi ginjal, cystatin C juga terkait dengan risiko penyakit kardiovaskular yang meningkat dan gagal jantung pada orang dewasa tua.

Kapan diindikasikan?
   
Cystatin C semakin diterima karena penelitian-penelitian telah menguatkan dan menemukan manfaatnya, khususnya sebagai penanda penyakit ginjal kronis yang sensitif. Ini bisa diindikasikan ketika seorang pasien memiliki penyakit yang diketahui atau diduga yang mempengaruhi atau berpotensi mempengaruhi fungsi ginjal dan dengan demikian mengurangi GFR. Kehilangan fungsi ginjal secara dini (sering disebut sebagai penyakit pra-klinis) mungkin tidak menyebabkan peningkatan kadar kreatinin atau tanda-tanda gangguan lainnya. Ketika seorang dokter tidak puas dengan hasil uji lain seperti kreatinin, eGFR, atau pembersihan kreatinin, dia bisa mengindikasikan Cystatin C. Seorang dokter bisa mengindikasikan Cystatin C ketika dia ingin memeriksa disfungsi ginjal dini, khususnya pada orang tua, dan/atau ketika dokter ingin memantau gangguan yang diketahui dari waktu ke waktu.
   
Para peneliti berharap dapat mempelajari lebih banyak tentang Cystatin C sebagai sebuah indikator risiko gagal jantung dan kematian, khususnya pada pasien tua. Dalam hal ini, uji ini bisa terbukti bermanfaat pada saat ketika seorang pasien berisiko meningkat untuk mengalami masalah jantung. Sebagai contoh, uji ini bisa diindikasikan sebagai bagian dari screening pra-operatif, sebelum memberikan resep obat tertentu, atau sebelum melakukan scan-scan yang menggunakan zat-warna intravena.

Apa arti dari hasil tes?
   
Peningkatan Cystatin C serum berkaitan dengan GFR yang menurun sehingga terkait dengan disfungsi ginjal. Karena Cystatin C dihasilkan dalam tubuh dengan laju konstan dan dihilangkan melalui filtrasi glomerular (dan selanjutnya diserap ulang dan diuraikan pada bagian ginjal yang lain), dia akan tetap dalam kadar normal dalam darah jika ginjal bekerja secara efisien dan GFR normal. Konsentrasi Cystatin C tidak dipengaruhi oleh jender, usia atau ras. Cystatin C juga tidak umumnya dipengaruhi oleh kebanyakan obat, infeksi, diet atau inflamasi. Kadar Cystatin C bisa dipengaruhi oleh beberapa obat: kortikosteroid bisa meningkatkan kadarnya sedangkan siklosporin bisa mengurangi kadarnya. Tanpa adanya penyakit ginjal, kadar Cystatin C bisa meningkat pada penyakit rematik dan pada penyakit maligna, walaupun tidak dipengaruhi oleh beban tumor (jumlah kanker yang dimiliki seseorang).
   
Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa kadar Cystatin C juga bisa menunjukkan risiko penyakit jantung yang meningkat, gagal jantung, stroke dan mortalitas.

Apakah ada hal lain yang perlu diketahui?
   
Cystatin C terkait dengan hiperhomocysteinemia (sering ditemukan pada pasien transplan ginjal), dan telah terbukti meningkat seiring dengan peningkatan penyakit hati. Sekurang-kurangnya ada satu penelitian yang membandingkan kadar Cystatin C pada serum dengan yang ditemukan pada efusi pleural (cairan yang menumpuk dalam paru-paru pada berbagai kondisi) untuk membantu menentukan penyebab efusi. Hubungan-hubungan ini bisa bermanfaat secara klinis dan bisa juga tidak.

Comments

Popular posts from this blog

Kemajuan-kemajuan terbaru dalam memahami patogenesis pemfigus vulgaris

Sintesis Kolagen

Herpes Genital