Perbandingan Fototoksisitas Gel dan Krim Baru yang Mengandung Psoralen dengan PUVA-Mandi

Abstrak

Latar belakang: Fotokemoterapi PUVA-mandi telah menjadi salah satu alternatif bagi terapi PUVA oral karena beberapa kelebihan yang dimiliki dibanding PUVA sistemik, misalnya, tidak ada risiko oftalmologi dan nausea, dan dosis UVA kumulatif yang lebih rendah. Akan tetapi, kekurangan utamanya adalah diperlukannya bak mandi dan beberapa pasien merasa tidak nyaman berbagi bak mandi dengan orang lain. Preparasi yang mengandung psoralen topikal bisa menjadi alternatif untuk resimen yang aman, nyaman, dan mujarab dalam terapi PUVA topikal.

Tujuan: Tujuan dari penelitian kali ini adalah untuk membandingkan intensitas respons fototoksik antara larutan mandi 8-MOP dan preparasi gel dan krim 8-MOP dengan konsentrasi berbeda.

Bahan dan Metode: Larutan mandi (0,375%), gel (0,0025% sampai 0,010%) dan krim (0,0025% sampai 0,010%) diaplikasikan ke kulit punggung atas yang tampak normal pada 23 relawan yang tidak memiliki riwayat fotosensitifitas. Peningkatan dosis UVA (0,25 menjadi 7,0 J/cm2) diberikan 15 menit setelah pengaplikasian zat-zat uji. Tujuh puluh dua jam setelah keterpaparan UVA, dosis fototoksi minimal (MPD) ditentukan dengan penglihatan dan intensitas respons eritema juga dinilai dengan menggunakan spektrofotometer berkas-sempit. MPD dan kurva dosis-respons untuk respons eritema dari gel dan krim dibandingkan dengan larutan mandi.

Hasil: Tidak ada perbedaan signifikan antara rata-rata MPD dari gel-gel yang duji dengan larutan mandi (p>0,05). Sebaliknya, preparasi krim menimbulkan respons fototoksik (MPD) yang lebih rendah dibanding larutan mandi dan gel (p<0,05). Ketika membandingkan kemiringan kurva dosis-respons untuk eritema gel 0,0025% dan 0,0100% dengan larutan mandi, maka korelasinya sangat kuat (R2=0,987 dan 0,936, masing-masing, p < 0,0001).

Kesimpulan: Penelitian kali ini menunjukkan bahwa ambang-batas respons fototoksik dari gel 8-MOP 0,0025% yang dindikasikan oleh MOD berkorelasi baik dengan larutan mandi. Kemiringan kurva dosis-respons untuk eritema dari preparasi ini juga berkorelasi signifikan dengan larutan mandi. Sehingga, penetrasi dan penyaluran obat dari gel 8-metoksipsoralen 0,0025% mungkin mirip dengan larutan mandi 8-metoksipsoralen. Preparasi ini (gel 8-metoksipsoralen 0,0025%) bisa menjadi alternatif yang baik bagi terapi PUVA topikal, dan trial klinis lebih lanjut harus dilakukan.

Kata kunci: PUVA-mandi, gel yang mengandung psoralen, krim yang mengandung psoralen, PUVA topikal.

Psoralen topikal plus ultraviolet A (PUVA) dengan menggunakan larutan mandi 8-metoksipsoralen (8-MOP) (fotokemoterapi PUVA-mandi) merupakan sebuah pengobatan yang efektif dan telah dibuktikan untuk berbagai jenis penyakit kulit. Metode terapi ini telah banyak digunakan sebagai alternatif bagi terapi PUVA oral untuk menghindari risiko-risiko oftalmologi dan efek-samping sistemik. Akan tetapi, fotokemoterapi PUVA-mandi memiliki kekurangan karena memerlukan bak mandi dalam pelaksanannya. Disamping itu, beberapa pasien merasa tidak nyaman berbagi bak mandi dengan pasien lain. Preparasi dalam bentuk krim, emulsi, dan gel telah disarankan sebagai alternatif untuk pengaplikasian 8-MOD topikal. Baru-baru ini, psoralen konsentrasi rendah, obat induk dari 8-MOP, dalam gel cair (0,0050%) telah dibuat dan fotokometerapi yang dilakukan dengan gel ini telah terbukti efektif untuk pasien psoriasis dan pasien-pasien yang mengalami penyakit-penyakit kulit membandel seperti psoriasis palmoplantar dan eczema hiperkeratotik. Dengan demikian kami bermaksud meneliti intensitas respons fototoksisitas dalam hal dosis fototoksik minimal (MPD) dan kurva dosis-respons eritematosa dari larutan mandi dan gel dan krim 8-MOP konsentrasi-rendah dalam berbagai konsentrasi.

Bahan dan metode

Preparasi
   
Larutan mandi dibuat dengan menggunakan 0,75 gram% 8-MOP dalam larutan etanol 1 mL (Premedica, Perancis), dicampur dengan air kran 1 liter untuk membuat larutan 0,375 mg%. 8-MOP yang sama seperti dalam larutan etanol dicampur merata dengan gel cair yang mengandung Carbopol Ultreze-10 0,5% w/w, dan Liquid Germall Plus sebagai pengawet. Krim yang mengandung aminofosfolipid (Ajinomoto, Jepang), Carbopol Ultreze-10 0,5% w/w dan Liquid Germall Plus juga digunakan sebagai wahana. Konsentrasi 8-MOP akhir pada gel dan krim masing-masing adalah 0,0025 mg%, 0,0050 mg%, dan 0,0100 mg%. Preparasi disimpan pada suhu kamar dalam botol berwarna gelap.

Subjek
   
Sebanyak 23 relawan Thailand yang sehat (13 laki-laki, 10 perempuan; usia berkisar antara 18 sampai 69 tahun) direkrut dalam penelitian ini. Mereka tidak memiliki riwayat hipersensitifitas obat dan fotosensitifitas , atau reaksi abnormal terhadap sinar matahari. Mereka tidak mengkonsumsi obat selama 2 pekan terakhir. Semua subjek diminta untuk menghindari sinar matahari lingkungan selama penelitian berlangsung. Semua subjek dikelompokkan menurut tipe kulit berdasarkan Klasifikasi Fitzpatrick. Ada 7 orang yang memiliki kulit tipe III, 15 tipe kulit IV, dan 1 tipe kulit V.

Sumber radiasi dan penentuan dosis
   
Sumber radiasi (UVA). Sumber UVA polikromatis adalah lampu logam halida yang bertekanan tinggi (UVASUN 3000, Mutzhas, Munich, F.R.G.) yang memancarkan panjang gelombang antara 330 sampai 460 nm tanpa UVB yang dapat diukur. Pemancaran UVA adalah 66 mW/cm2 pada jarak target 30 cm.
   
Penentuan dosis. Sebuah UV-meter dengan detektor-UV terpisah untuk UVA (IL 500A radioemter, International Light Inch., USA) digunakan untuk menentukan pemancaran UV dari lampu UVASUN yang digunakan.

Pengukuran MPD
   
Setelah mendapatkan izin dari semua pasien, larutan mandi (0,375 mg%), gel (0,0025 mg%, 0,0050 mg%, 0,0100 mg%) dan krim (0,0025 mg%, 0,0050 mg%, 0,0100 mg%) diplikasikan ke kulit punggung atas yang tampak normal dan tidak tersamak. Semua relawan dipaparkan terhadap UVA dengan dosis antara 0,25 sampai 7,0 J/cm2 pada punggung bawah dengan menggunakan faktor peningkatan dosis 1,4. Tujuh puluh dua jam setelah keterpaparan UVA, respons eritematosa dinilai dengan penglihatan dalam hal dosis fototoksik minimal (MPD) oleh dua pengamat berpengalaman yang tidak mengetahui preparasi mana yang telah diaplikasikan. MPD didefinisikan sebagai dosis radiasi terkecil untuk mencapai eritema yang halus tetapi dapat dilihat dengan mudah.

Sudut dosis-respons dari eritema (DRAE)
   
Eritema pada masing-masing tempat uji diukur sebelum dan 72 jam setelah penyinaran dengan spektrofotometri reflektansi (Dermaspektrometer, Cortex Technology, Denmark), dimana masing-masing ukuran terdiri 5 pengukuran yang dirata-ratakan pada masing-masing daerah target. Instrumen ini menyinari kulit dengan intensitas warna merah yang diketahui (655 nm) dan sinar hijau (568 nm) dan mengukur refleksi, yang memberikan indeks eritema dan indeks melanin yang terkait dengan eritema dan pigmentasi kulit. Persamaan-persamaan untuk perhitungan % kemerahan dan % pigmentasi telah ada dalam instrumen. Ketika indeks eritema pada 72 jam diplotkan terhadap log dosis UV untuk masing-masing pasien, kurva dosis-respons untuk eritema diperoleh (Gbr. 1). Regresi linear dan analisis korelasi digunakan untuk menghitung kemiringan kurva dosis-respons untuk eritema yang disebut sebagai sudut dosis-respons untuk eritema (DRAE) dan korelasi antara kedua variabel ini. Nilai p yang kurang dari 0,05 dianggap signifikan secara statistik.

Hasil

Perbandingan nilai-nilai MED untuk gel, krim, dan larutan yang mengandung psoralen.
   
Gel-gel yang diuji pada semua konsentrasi menimbulkan derajat respons fototoksik (MPD) yang sebanding dengan larutan mandi (MPD rata-rata antara 2,94 sampai 3,292 J/cm2 untuk gel dan 2,435 J/cm2 untuk larutan mandi, p > 0,05). Sebaliknya, preparasi krim menimbulkan respons fototoksik (MPD) dengan tingkat yang lebih rendah dibanding larutan mandi dan gel (rata-rata MD adalah antara 4,446-5,522 J/cm2 untuk krim, p<0,05). Tidak ada perbedaan signifikan diantara semua konsentrasi gel yang diuji dan begitu juga diantara semua konsentrasi krim yang diuji (p > 0,05) (Tabel 1).
   
Oleh karena itu, kami hanya memilih preparasi gel untuk menguji kurva  dosis–respons-eritematosa dan membandingkannya dengan standar larutan mandi. Kurva dan persamaan-persamaannya ditunjukkan pada Gbr. 2.

Perbandingan Sudut Dosis-Respons untuk Eritema (DRAE) diantara gel, krim, dan larutan yang mengandung psoralen
   
Ketika membandingkan DRAE dari gel 0,0025% dan 0,0100% dengan nilai DRAE dari larutan mandi, korelasinya sangat kuat (R2 = 0,987 dan 0,936, masing-masing, p < 0,0001). Akan tetapi, korelasi  DRAE antara larutan mandi dan gel 0,0050% tidak begitu kuat (R2 = 0,609, p<0,0001) seperti ditunjukkan pada Gbr. 2.

Pembahasan
   
Terapi PUVA lokal (psoralen plus ultraviolet A) dengan menggunakan 8-metoksipsoralen (8-MOP), telah terbukti efektif untuk berbagai penyakit kulit. Ada beberapa spesialis dermatologi yang menghindari penggunaan PUVA topikal karena risiko luka lecur (burning) yang terkait dengan penggunaannya. Akan tetapi, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pengaplikasian larutan mandi memiliki efisiensi terapeutik yang sebanding atau lebih baik dan lebih tidak mudah melecur dibanding pengaplikasian psoralen secara lokal dalam bentuk salep, krim, dan losion. Sehingga, penyaluran obat dengan mandi telah menjadi semakin populer belakangan ini, baik untuk terapi seluruh badan maupun terapi lokal. Kekurangan utama dari terapi PUVA-mandi adalah diperlukannya bak mandi dalam pelaksanaannya dan beberapa pasien merasa tidak nyaman berbagi bak dengan pasien yang lain. Preparasi-preparasi lain bisa menjadi alternatif dalam hal ini. Karena ada fakta bahwa konsentrasi preparasi psoralen yang umum digunakan selain larutan mandi dalam praktek klinis adalah 0,05% sampai 0,1%, maka kecenderungan untuk melecur dengan mudah bisa dikurangi dengan menurunkan konsentrasi preparasi. Baru-baru ini, konsentrasi psoralen yang rendah, sebuah obat induk dari 8-MOP, dalam gel cair (0,0050%) telah dibuat, dan fotokemoterapi dengan gel ini telah terbukti efektif untuk pasien psoriasis dan pasien-pasien yang mengalami penyakit-penyakit kulit membandel seperti psoriasis palmoplantar dan eczema hiperkeratotik. Dengan demikian, penelitian kali ini membandingkan MPD, intensitas eritema objektif (kurva dosis–respons-eritema dan kemiringannya) antara larutan mandi dan gel dan krim yang diuji.
   
Interval antara pengaplikasian psoralen dalam gel cair dan radiasi UVA relatif singkat, dalam 15 menit, dan mungkin bisa lebih singkat lagi. Penetrasi senyawa psoralen dengan cepat ke dalam dermis telah ditunjukkan, tergantung pada sifat wahana yang digunakan. Obat dapat membentuk kompleks dengan molekul-molekul DNA (melalui bantuan cahaya) bahkan jika UVA diberikan segera setelah obat diaplikasikan, menghasilkan inhibisi sintesis DNA epidermal yang signifikan. Risiko PUVA topikal jangka panjang belum diketahui, tetapi kelebihan potensialnya bisa jadi adalah total dosis UVA rendah yang diperlukan untuk pembersihan psoriasis. Dan juga, kelebihan preparasi berkonsentrasi-rendah adalah penghindaran akumulasi dalam kulit yang bisa menghasilkan reaksi eritematosa berbahaya. Respons eritema minimal banyak digunakan sebagai indikator penilaian eritema pada setting klinis dan penelitian; akan tetapi, metode ini sedikit subjektif dan tidak tepat. Dan juga, terkadang sulit menilai tempat mana yang pertama menunjukkan “eritema yang tepat dapat dideteksi”. Untuk mengatasi masalah-masalah ini kami melakukan pengukuran reflektansi objektif terhadap eritema pada masing-masing tempat yang disinari, disamping penilaian eritema minimal dengan penglihatan.
   
Penelitian ini menunjukkan bahwa ambang-batas respons fototoksik (MPD) dari gel 8-MOP 0,0025% dan 0,0100% dan larutan mandi brekorelasi baik satu sama lain. Sehingga, penetrasi dan penyaluran obat pada gel 8-MOP 0,0025% bisa mirip dengan larutan mandi 8-MOP. Akan tetapi, gel berkonsentrasi rendah (0,0025%) bisa lebih aman untuk pasien.
   
Dengan demikian kami mengusulkan bahwa terapi PUVA lokal dengan menggunakan larutan mandi dan gel 0,0025% memiliki nilai MPD yang sebanding, dan karakteristik respons eritematosa yang sebanding. Gel yang mengandung psoralen berkonsentrasi-rendah ini (0,0025%) bisa menjadi alternatif yang baik untuk terapi PUVA topikal yang aman, nyaman, dan mujarab. Trial klinis lebih lanjut terhadap efikasi dalam pengobatan penyakit kulit dan absorpsi sistemik ketika digunakan dengan konsentrasi lebih tinggi harus dilakukan. Lebih daripada itu, kinetika fotosensitifitas dan stabilitas produk harus ditunjukkan terlebih dahulu sebelum krim atau gel 8-MOP bisa dikomersialkan.

Comments

Popular posts from this blog

Kemajuan-kemajuan terbaru dalam memahami patogenesis pemfigus vulgaris

Sintesis Kolagen

Herpes Genital