STUDI KLINIS DENGAN UJI BERSIHAN UREA

Sifat-sifat uji bersihan urea
   
Ambard dan Weill adalah orang pertama yang mencoba mengaitkan ekskresi dan kandungan urea darah secara kuantitatif. Persamaan yang mereka buat memberikan hasil yang cukup akurat untuk laju eksresi yang rendah (kurang dari 2 c.c. urin per menit) tetapi ketika output urin meningkat di atas batas ini maka perbedaan antara nilai yang dihitung dengan nilai sebenarnya dari ekskresi urea juga meningkat. Addis dan peneliti lain menunjukkan bahwa apabila volume urin yang diekskresikan cukup besar maka laju eksreksi urea berbanding terbalik dengan kandungan urea darah. Van Slyke dkk. selanjutnya menemukan bahwa rasio langsung antara kandungan urea darah dan laju ekskresi urea hanya terjadi jika volume urin di atas batas 2 c.c. per menit (pada dewasa). Batas ini mereka sebut sebagai “batas augmentasi”. Apabila volume urin turun di bawah kadar ini maka laju eksresi urea rata-rata sebanding dengan akar pangkat dua dari volume urin. Berdasarkan penelitian ini dan penelitian selanjutnya Van Slyke dan rekan-rekannya telah menyarankan sebuah tes yang bisa digunakan dengan mudah untuk tujuan klinis. Dalam menggunakan tes ini prosedurnya adalah sebagai berikut.
   
Pasien, jika bukan pasien yang hanya mampu berbaring, menghindari aktivitas sebelumnya dan beristirahat cukup sebelum dan selama tes dilakukan. Mereka diberikan sarapan ringan (tanpa ada kopi). Satu jam kemudian kandung kemih dikosongkan. (Kateterisasi diperlukan pada beberapa kasus, untuk memastikan pengosongan yang lengkap). Segelas air kemudian diminum. Waktu pengosongan kandung kemih (waktu nol) dicatat secara akurat. Tepat sebelum habis 1 jam mulai dari waktu ini sebuah sampel darah yang telah dicampur dengan oksalat diambil dari vena lengan, dan pada interval satu-jam kandung kemih dikosongkan kembali, dan seluruh sampel urin yang diambil (Sampel I) disimpan. Gelas air kedua diminum pada tahapan ini. Satu jam kemudian kandung kemih dikosongkan, menghasilkan Sampel II urin.
   
Urea-nitrogen ditentukan dalam sampel darah, dan urea plus amonia-nitrogen dalam dua sampel urin, dengan menggunakan prosedur urease disertai aspirasi. Amonia nitrogen ditentukan terpisah dalam sampel-sampel urin, dengan menggunakan prosedur urease dengan aspirasi. Ketika volume urin dibawah 2 c.c. per menit maka bersihan urea standar (Cs) ditentukan dengan formula Van Slyke:

Cs = U/B √V

dimana U adalah jumlah mg dari urea-N per 100 c.c. urin, B adalah jumlah mg dari urea-N per 100 c.c. darah, dan V adalah volume urin dalam c.c. per menit. Ketika volume urin di atas 2 c.c. per menit maka bersihan urea maksimum (Cm) ditentukan dari rumus:

Cm = UV/B

Ini menghasilkan volume darah yang bersih total dari urea per menit. Van Slyke telah menunjukkan bahwa rata-rata bersihan standar normal adalah 54 c.c. per menit, dan bersihan maksimum normal adalah 75 c.c. per menit. Grafiknya digunakan untuk perhitungan, dan hasilnya dinyatakan dalam persentase nilai normal (dijadikan sebagai 100 persen). Hasil dihitung terpisah untuk masing-masing sampel urin dan nilai meannya diambil. Terkadang, kedua sampel memberikan nilai yang mengharuskan penggunaan bersihan standar dan bersihan maksimum, tetapi selama tidak terdapat ketidaksesuaian yang tinggi antara volume urin maka kecocokan bisa diperoleh untuk nilai bersihan yang sesuai.
   
Kesalahan-kesalahan potensial dalam metode – Van Slyke mengeluarkan kopi dari sarapan, karena ini bersifat diuretik. Kemungkinan teh juga harus dihilangkan, dan Harding dan Urquhart mengeluarkan teh, kopi, dan susu. Pada satu atau dua kasus kami, teh tidak dikeluarkan, tetapi meragukan apakah ada kesalahan serius yang ditimbulkan akibat dimasukkannya teh pada sarapan pasien. Gelas air kedua (tambahan bagi prosedur asli Van Slyke) ditemukan memberikan kesesuaian yang sedikit lebih baik diantara dua volume urin. Jika interval 60-menit tidak bisa dipatuhi secara pasti dalam mengumpulkan sampel-sampel urin, waktu pasti dicatat dan digunakan. Pada kasus yang sangat jarang, sampel kedua tidak bisa dikeluarkan dalam waktu yang dinginkan dan perhitungan selanjutnya didasarkan pada sampel tunggal. McIntosh, Moller dan Van Slyke mengembangkan metode mereka ke anak-anak dan memperkecil jumlah sampel dewasa dengan menerapkan sebuah koreksi untuk permukaan tubuh:

[x 1,73/ (permukaan tubuh dalam meter persegi)] dan koreksi ini telah diaplikasikan ke beberapa kasus anak dalam seri kasus kami.
   
Konsepsi Van Slyke tentang bersihan urea, seperti yang disebutkan sebelumnya, adalah volume darah yang “dibersihkan” dari urea per menit, dan yang sesuai dengan pandangan tentang estimasi urin ini adalah urea, bukan urea plus amonia. Akan tetapi, jika kita menerima pendapat yang mengatakan bahwa amonia urin terbentuk dari urea, maka basis perhitungan harus amonia plus urea dari urin yang berlawanan dengan urea dari darah. Masih meragukan apakah perbedaan ini sering signifikan, yang dinilai menurut jumlah dari kasus aktual seperti ditunjukkan pada tabel I, tetapi modifikasi seperti ini tentu akan menyederhanakan estimasi klinis biasa, karena sedikit laboratorium klinis yang akan menggunakan metode-metode gasometri dari prosedur asli ini.
   
Apakah nilai meningkat yang harus digunakan, tentu standar Van Slyke juga akan memerlukan modifikasi. Dalam menentukan hasil yang dicatat dalam paper ini, nilai urin-urea telah digunakan. Sejauh pengalaman kami, dalam menggunakan metode ini sebagai sebuah prosedur klinis rutin sumber utama kesalahan terletak pada penentuan waktu yang tidak tepat untuk pengambilan sampel urin. Jadi jelas kasus-kasus yang kemungkinan terdapat retensi kandung kemih memerlukan perhatian khusus.

Pengaplikasian klinis dari uji bersihan urea
   
Uji bersihan urea menunjukkan variasi yang luas pada orang-orang normal, sehingga nilai-nilai antara 75 sampai 120 persen harus dianggap masih dalam batasan normal. Meskipun demikian, ini memberikan hasil yang bisa dianggap memberikan beberapa perkiraan kuantitatif dari tingkat fungsi tersisa dalam kondisi ginjal patologik. Uji ini tidak memerlukan keahlian teknis khusus, tetapi memerlukan sedikit kerjasama pasien, dan keakuratannya tidak tergantung pada kerjasama pasien tersebut. Dari sudut pandang pasien tes ini kemungkinan merupakan tes termudah untuk tujuan tersebut, dan bahkan laboratorium-laboratorium dari rumah sakit kecil harus mampu melakukan pemeriksaan biokimia yang diperlukan.
   
Van Slyke, Albing dan Rose menemukan bahwa postur dan olahraga ringan tidak mempengaruhi nilai bersihan orang normal atau nilai dari penderita nefritis yang berada di atas 50 persen, tetapi apabila nilai bersihan kurang dari 50 persen, jika pengukuran dilakukan ketika pasien sedang parah maka nilai ini akan sangat berkurang. Disisi lain, Briger dan Mosenthal menyatakan bahwa aktivitas sedang meningkatkan nilai bersihan orang normal, sedangkan nilai rendah tidak dipengaruhi pada kasus penyakit Bright. Mereka menyatakan lebih lanjut bahwa bukan hanya orang normal yang menunjukkan perbedaan nilai bersihan yang tinggi pada waktu-waktu berbeda, tetapi penentuan tunggal yang memberikan lain bahkan serendah 25 persen tidak harus berarti menandakan aktivitas ginjal yang berkurang. Mereka sepakat bahwa nilai di atas 75 persen biasanya menandakan bahwa tidak ada gangguan fungsi ginjal, tetap mempertimbangkan bahwa 50 sampai 70 persen berada dalam rentang yang meragukan, dan jika nilai bersihan menurun dalam rentang ini maka uji fungsional lain juga harus dilakukan.
   
Van Slyke dan rekan-rekannya telah membandingkan uji bersihan urea dengan uji fungsional lainnya. Mereka menemukan bahwa pada pasien yang memiliki fungsi ginjal berkurang, uji bersihan menunjukkan bukti penurunan ini ketika perubahan darah dalam hal urea dan kreatinin tampak jelas atau uji fenolsulfnoneftalein memberikan hasil yang positif. Biasanya uji bersihan memberikan nilai di bawah 50 persen sebelum semua ini menjadi normal. (Disisi lain, selama periode penyembuhan dari nefritis akut, uji zat warna terkadang mensinyalir perbaikan jauh lebih dini dibanding uji bersihan). Bruger dan Mosenthal umumnya sepakat dengan Van Slyke, walaupun mereka menyatakan bahwa dalam tahap awal insufisiensi ginjal, asam urat darah terkadang meningkat sebelum nilai bersihan urea menjadi sangat renda.
   
Uji ini tampaknya sebanding pada semua tipe kasus dimana terjadi penurunan fungsi ginjal, dalam berbagai tahapan glomerulonefritis, ginjal arteriolosklerotik, dan pada nefrosis. Kasus-kasus nefritis akut bisa menunjukkan semua tahapan nilai rendah; tahapan laten memberikan nilai-nilai sub-normal, nilai tahapan kedua di atas 20 persen, tetapi nilai yang menurun, dan nilai tahapan terminal di bawah 20 persen (Van Slyke dkk). Pulton, yang membandingkan uji bersihan dengan berbagai uji lainnya, menganggap uji bersihan urea ini sebagai uji yang dipilih untuk pemeriksaan yang akurat. Harding dan Urquhart melakukan banyak tes pada kasus-kasus urologik, dengan hasil yang sangat baik, khususnya dalam menandakan keinginan operasi satu-tahapan atau dua-tahapan pada kasus-kasus prostatik. Mereka menganggap bahwa prognosis buruk ketika pasien seperti ini menunjukkan nilai-nilai bersihan di bawah 30 persen. (Akan tetapi, Young menekankan manfaat uji fenosulfoneftalein dan menganggap bawah ini lebih bermanfaat secara klinis pada kasus-kasus urologik).
   
Walaupun Holt percaya bahwa metode ini mungkin memiliki kekurangan manfaat ketika diperluas ke anak-anak, Schoenthal, Lurie dan Kelly telah menemukan ketika koreksi luas-puermukaan diaplikasikan maka uji bersihan bisa digunakan secara aman, bahkan dengan bayi. Mereka menemukan bahwa pada bayi yang mengalami diare parah dan muntah-muntah (intoksikasi intestinal) nilai bersihan sering sangat berkurang, dan ketika bisa diasumsikan bahwa lesi ginjal ada, maka mereka yakin bahwa pengurangan ini sebagian besar disebabkan oleh dehidrasi. Goldring menemukan bahwa dalam tahap demam akut dari infeksi rematik nilai bersihan biasanya di atas normal, sedangkan pada periode penyembuhan nilai ini di bawah normal.
   
Hurqitz dan Ohler menemukan nilai di atas normal pada kehamilan normal, nilai normal pada toksemia kehamilan, dan nilai yang berkurang pada tahap eklampsi akut. Nilai tinggi kemungkinan disebabkan oleh kosnentrasi urea yang rendah dalam daerah selama kehamilan normal. Cantrarow dan Ricchiuti, dalam sebuah penelitian yang lebih ekstensif terhadap 39 kasus kehamilan normal, menemukan bnahwa 19 memiliki nilai bersihan bervariasi antara 75 sampai 120 persen, dan 16 memiliki nilai bersihan antara 50 sampai 74 persen. Nilai sebesar 28 persen juga diperoleh. Bersihan urea cenderung menurun tajam pada dua atau tiga bulan terakhir kehamilan dan meningkat tajam beberapa hari setelah melahirkan. Hasil rendah dapat dikaitkan dengan retensi nitrogen yang meningkat. Dari kasus-kasus abnormal yang diperoleh 7 pasien dengan glomerulonefritis kronis memberikan nilai yang berkisar antara 20 sampai 51 persen. Mereka menyimpulkan bahwa “nilai dari uji bersihan urea sebagai sebuah indeks akurat untuk efisiensi fungsi ginjal pada kehamilan berkurang ketika periode kehamilan bertambah. Nilai-nilai sub-normal yang didapatkan selama dua bulan terakhir masa kehamilan harus diinterpretasi dengan sangat hati-hati, khususnya jika tidak ada bukti klinis dan bukti laboratorium tentang insufisiensi fungsi ginjal.”

Comments

Popular posts from this blog

Kemajuan-kemajuan terbaru dalam memahami patogenesis pemfigus vulgaris

Sintesis Kolagen

Herpes Genital