Terapi kalsipotriol topikal pada psoriasis kuku: Sebuah studi terhadap 24 kasus

Abstrak

Ada beberapa laporan tentang pengobatan psoriasis kuku dengan kalsipotriol topikal. Disini kami melakukan sebuah studi kasus untuk mengevaluasi efikasi dan keamann salep kalsipotriol (50 ug/g) dalam pengobatan psoriasis kuku pada 24 pasien. Penelitian ini melibatkan 19 wanita dan 5 pria yang mengalami psoriasis kuku yang dirujuk ke klinik Dermatologi rumah sakit Razi. Lama studi ini adalah mulai dari Oktober 2002 sampai September 2004. Izin didapatkan dari semua pasien sebelum berpartisipasi dalam penelitian. Pasien mengaplikasikan salep kalsipotriol ke kuku yang terkena dua kali sehari tanpa terkena air selama 3 bulan. Pasien diamati oleh dua ahli dermatologi akademik pada kunjungan pertama, setelah 2 pekan, dan kemudian setiap bulan. Efikasi dan keamanan dinilai secara klinis dan setiap efek samping dicatat. Pasien yang menunjukkan 50 persen atau lebih pengurangan ketebalan subungual (diukur dari kunjungan pertama) pada sekurang-kurangnya satu kuku dianggap merespon terhadap obat dan diminta untuk melanjutkan terapi selama 2 bulan lagi. Setelah penghentian terapi, kunjungan followup dilakukan pada 1 dan 2 bulan. Setelah 3 bulan terapi, sebanyak 14 pasien menunjukkan perbaikan klinis yang signifikan, dua diantaranya sembuh total dari lesi kuku setelah 5 bulan. Kalsipotriol sangat efektif pada hiperkeratosis subungual, onycholisis, dan perubahan warna kuku. Pada empat pasien, kelunakan ujung jari berkurang signifikan dan pada satu kasus nyeri phalanx distal yang terlibat berkurang signifikan. Tidak ada respons klinis yang diamati pada empat pasien. Hanya dua kasus yang menunjukkan reaksi berbahaya. Kalsipotriol topikal merupakan sebuah pengobatan efektif untuk psoriasis kuku dan bisa dipertimbangkan sebagai sebuah pengobatan topikal yang aman pada kasus-kasus kronis; obat ini sangat dapat ditolerir sehingga memungkinkan penggunaan jangka panjang tanpa efek samping yang berbahaya.

Pendahuluan
   
Kuku umum terlibat dalam psoriasis dengan perubahan yang dilaporkan pada 25-50 persen pasien psoriatik. Perubahan kuku karakteristik pada psoriasis mencakup pitting (kuku berlesung), onycholisis, perubahan warna, hiperkeratosis subungual, distropi kuku, dan perdarahan dalam.
   
Disamping masalah-masalah kosmetik, psoriasis kuku bisa menimbulkan beberapa kendala bagi aktivitas keseharian pasien. Kuku pada umumnya sulit diobati, merespon lambat dan sedikit pilihan terapeutik yang memuaskan. Pengobatan topikal hanya sedikit efektif dan jarang menimbulkan kesembuhan penyakit secara lengkap, dan efek samping yang mungkin dari pengobatan sistemik telah membatasi kegunaannya pada pasiriasis kuku yang kompleks.
   
Kalsipotriol, sebuah senyawa yang secara struktural analog dengan vitamin D3, cukup efektif untuk pengobatan lokal psoriasis vulgaris. Masih sedikit laporan yang tersedia tentang pengobatan psoriasis kuku dengan obat ini. Dalam penelitian ini, kami mengevaluasi efikasi dan keamanan salep kalsipotriol dalam pengobatan psoriasis kuku.

Pasien dan Metode
   
Sebanyak 19 wanita dan lima lelaki dengan psoriasis kuku yang dirujuk ke klinik Dermatologi rumah sakit Razi berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan mulai dari Oktober 2002 sampai September 2004. Pasien-pasien yang memenuhi syarat adalah yang berusia di atas 18 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, dengan diagnosis klinis psoriasi kuku (termasuk pitting, onycholisis, perubahan warna, hiperkeratosis subungual, dan deformitas kuku). Mikroskopi langsung dan kultur dilakukan untuk memastikan tidak adanya onychomycosis. Wanita hamil atau menyusui dikeluarkan, begitu juga pasien dengan insufisiensi hepatik parah, mereka yang pernah mendapatkan terapi berbasis vitamin D, atau pengobatan topikal atau sistemik untuk psoriasis dalam 2 bulan terakhir. Izin diperoleh dari semua pasien sebelum berpartisipasi dalam penelitian.
   
Dalam penelitian ini sebanyak 24 pasien yang berusia 18-68 tahun (usia rata-rata 33 tahun) mendapatkan kalsipotriol topikal. Durasi keterlibatan kuku berkisar antara 1 bulan sampai 14 tahun. Pada lima belas pasien, kuku jari tangan dan kuku kaki terlibat, dan pada sembilan kasus hanya kuku tangan yang terlibat. Semua pasien menunjukkan hiperkeratosis subungual (>1mm untuk kuku tangan, >2,5mm untuk kuku kaki) dan onycholisis. Pitting (kuku berlesung) terdapat pada enam belas kasus, dan deformitas kuku pada sembilan kasus (Tabel 1). Sebanyak 20 pasien sebelumnya telah menjalani terapi lain seperti steroid topikal atau steroid intralesional, metoxsalen topikal dan 5-fluorourasil.
   
Pasien-pasien diinstruksikan untuk mengaplikasikan salep kalsipotriol (50 ug/g) dua kali sehari ke plat-plat kuku yang terkena, lipatan kuku lateral dan proksimal, tanpa terkena air. Pasien-pasien diamati pada kunjungan pertama, setelah 2 pekan, dan kemudian setiap bulan. Kunjungan lanjutan dilakukan oleh dua ahli dermatologi akademik. Efikasi dan keamanan dinilai secara klinis dan setiap efek samping dicatat. Durasi pengobatan adalah 3 bulan. Pasien yang menunjukkan 50 persen atau lebih pengurangan ketebalan hiperkeratotik (dihitung dari pemeriksaan pertama) sekurang-kurangnya pada satu kuku, dianggap merespon terhadap obat dan diminta untuk melanjutkan pengobatan selama 2 bulan lagi. Kunjungan-kunjungan lanjutan dilakukan pada satu dan dua bulan setelah penghentian terapi.

Hasil
   
Setelah 3 bulan terapi, sebanyak empat belas pasien menunjukkan perbaikan yang signifikan; dua sembuh total dari lesi kuku setelah 5 bulan. Kalsipotriol khususnya efektif dalam mengurangi hiperkeratosis, onycholisis, dan perubahan warna (Gbr. 1A dan 1B). Kuku-kuku jari tangan merespon lebih baik dibanding kuku jari kaki. Pada empat pasien, kelunakan ujung-jari tangan berkurang signifikan seiring dengan perbaikan tanda-tanda klinis; dan pada salah satu pasien nyeri phalanx distal yang terlibat berkurang meskipun lesi kuku tetap ada. Tidak ada respon klinis yang diamati pada empat pasien. Mereka sebelumnya telah diobati dengan steroid topikal dan/atau intralesional tanpa ada yang berhasil. Reaksi-reaksi berbahaya ditemukan pada dua pasien (iritasi periungual dan inflamasi pada satu kasus, iritasi, pruritus, dan ooze pada pada yang lainnya). Pasien-pasien ini dikeluarkan dari penelitian. Empat pasien tidak mengikuti tindak-lanjut dan dianggap batal. Setelah penghentian terapi, kebanyakan pasien mengalami lesi-lesi rekuren dengan tingkat keparahan yang jauh lebih rendah.

Gbr. 1A. Kuku jari seorang wanita 27 tahun sebelum memulai pengobatan

Gbr. 1B. Pasien yang sama setelah 5 bulan pengobatan kalsipotriol topikal.

Pembahasan
   
Psoriasis sering disertai dengan perubahan-perubahan kuku yang pada beberapa kasus menghasilkan kendala-kendala fungsional parah. Pengobatan psoriasis kuku cukup sulit. Agen-agen sistemik seperti metotreksat, asitresin, etretinat, dan siklosporin cukup bermanfaat tetapi jarang dipertimbangkan untuk penyakit kuku saja. PUVA atau pengaplikasian topikal kortikosteroid dan injeksi intralesional dengan PUVA bisa efektif tetapi tidak biasanya praktis atau sangat efektif. 5-fluorourasil topikal dilaporkan efektif pada hiperkeratosis subungual dan pitting, tetapi dikontraindikasikan pada onycholisis.
   
Siklosporin topikal juga telah digunakan dengan berhasil pada salah satu pasien. Kalsipotriol merupakan sebuah senyawa analog dari vitamin D3 yang menghambat proliferasi keratinosit dan menimbulkan diferensiasi terminal. Kalsipotriol cukup efektif untuk psoriasis. Penelitian ini menunjukkan efikasi kalsipotriol pada 24 pasien yang mengalami psoriasis kuku. Dalam penelitian ini, sebanyak 14 pasien menunjukkan perbaikan klinis yang signifikan setelah 3 bulan terapi, dan dua diantaranya sembuh total dari lesi setelah 2 bulan kemudian. Pada sebuah laporan oleh Kokelj dkk, lima dari tujuh pasien menunjukkan perbaikan subjektif dan objektif setelah 3 bulan pengaplikasian krim kalsipotriol, dan salah satu dari responden menunjukkan pembersihan lesi kuku yang sempurna setelah 3 bulan pengobatan.
   
Penelitian kami menunjukkan bahwa kuku jari tangan merespon lebih baik dibanding jari kaki, sehingga menguatkan penelitian sebelumnya. Ini bisa disebabkan oleh hiperkeratosis yang lebih parah pada kuku kaki, laju pertumbuhannya yang lebih lambat, penetrasi kalsipotriol yang lebih buruk, atau mungkin perbedaan pemenuhan prosedur pengobatan.
   
Penelitian ini adalah penelitian terbuka, sehingga kekurangan kelompok kontrol membatasi evaluasi kalsipotriol untuk psoriasis kuku. Untuk mendapatkan bukti yang lebih kuat tentang manfaat kalsipotriol pada psoriasis kuku, penelitian terkontrol khususnya trial-trial klinis yang acak perlu dilakukan dan lebih jauh meneliti bidang ini.

Kesimpulan
   
Kalsipotriol topikal merupakan sebuah pengobatan yang efektif untuk psoriasis kuku, daya-toleransinya yang tinggi memungkinkan penggunaan yang lama tanpa efek samping berbahaya. Dengan demikian ini bisa dianggap sebagai sebuah pengobatan topikal yang aman pada kasus-kasus kronis.

Comments

Popular posts from this blog

Kemajuan-kemajuan terbaru dalam memahami patogenesis pemfigus vulgaris

Sintesis Kolagen

Herpes Genital